Internasional

Cerita Mokhtar Alim Shokder, Kaligraf Kiswah Ka'bah

Kam, 30 Juli 2020 | 12:15 WIB

Cerita Mokhtar Alim Shokder, Kaligraf Kiswah Ka'bah

Mokhtar Alim Shokder (Foto: Reuters via Arab News)

Makkah, NU Online
Namanya Mokhtar Alim Shokder. Dia adalah kaligraf—orang yang ahli menulis indah—di Perusahaan Kiswah untuk Ka’bah di Makkah. Shokder menempuh perjalanan panjang sebelum akhirnya menduduki posisi yang prestisius dan terhormat seperti saat ini.


Kepada Arab News, Kamis (30/7), Shokder menceritakan bagaimana ‘petualangannya’ hingga menjadi seorang kaligraf Kiswah Ka’bah. Dia mengaku jatuh cinta dengan kaligrafi sejak usianya masih muda. Dia kemudian mengembangkan keterampilannya dalam bidang kaligrafi selama bertahun-tahun.


Pada saat kelas tiga, dia mengikuti kursus kaligrafi selama tiga bulan pada musim panas yang diadakan Masjidil Haram. Semula dia menunjukkan keterampilan yang luar biasa. Hal itu membuat guru kaligrafinya terkesan. Dia kemudian menjadi guru kaligrafi pada tahun berikutnya.


Shokder terus melatih keterampilannya. Berlatih berjam-jam setiap harinya karena dia memang menyukai kaligrafi Arab. Dia semakin suka dan bahagia manakala keterampilannya meningkat. Dia menyebut bahwa kaligrafi membutuhkan banyak waktu, kesabaran, dan ketelitian. Untuk mengasah dan menyempurnakan kaligrafi bahwa dibutuhkan latihan selama bertahun-tahun.

 

"Teman kelas saya akan datang dan meminta tips tentang cara meningkatkan tulisan tangan mereka," kenangnya. 

 

Setelah mengajar kaligrafi di Masjidil Haram selama beberapa tahun, Shokder mendaftarkan diri di Jurusan Pendidikan Seni di Universitas Umm al-Qura pada 1989 untuk mengasah keterampilannya. Dia mengaku belajar banyak dari Muhammad Hassan Abu Al-Khair, seorang profesor di departemen dan seorang kaligrafer terkenal yang berpartisipasi dalam beberapa kompetisi dan pameran.


Dia menyukai fon Naskh, jenis tulisan sans-serif yang ditandai dengan kurangnya ‘kait’ pada ujung-ujung sapuan naik dan turun. Ini dianggap sebagai salah satu bentuk kaligrafi Islam paling awal dan yang digunakan untuk menulis Al-Qur’an. Namun, dia lebih sering menggunakan fon thuluth karena memungkinkan untuk garis, lereng melengkung dan miring, serta digunakan untuk menulis di kiswah. 


Dia mengaku dipengaruhi oleh beberapa kaligraf, terutama kaligraf Dinasti Usmani pada abad ke-19 Sami Efendi. Shokder terkesan ketika pertama kali melihat salah satu karya Efendi. Baginya, karya Efendi merupakan panutan bagi semua kaligraf.


Singkat cerita, Shokder ditunjuk untuk menjadi satu-satunya kaligraf untuk kiswah Ka’bah pada 2003. Ia begitu bahagia karena hal itu merupakan impian dari ayahnya. "Itu adalah salah satu momen paling bahagia dalam hidup saya dan berkah besar dari Allah.  Karena itu, saya akan selalu berhutang budi. Impian ayah saya menjadi kenyataan," katanya.


Menurutnya, metode penulisan kaligrafi pada kiswa Ka’bah telah berkembang selama bertahun-tahun. Abdulraheem Ameen Bokhari, pendahulu Shokder, menggunakan kapur untuk menulis naskah di kain sutra. Kemudian pencetakan sablon diperkenalkan pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini memungkinkan kaligraf untuk menyimpan naskah di computer dan meningkatkannya.


Sementara pada zaman dahulu, proses penulisan kaligrafi di kiswah dilakukan secara tradisional. Seorang kaligraf menggunakan tinta untuk menulis kata-kata di atas kertas. Kemudian ujung-ujung kertas akan dilubangi dengan jarum dan diletakkan di atas kain hitam, di mana permukaannya akan digunakan untuk menulis.


"Kemudian tas transparan yang terbuat dari kain akan diisi dengan bubuk putih yang akan digunakan bersama dengan kertas untuk melubangi huruf-huruf. Seorang penyulam akan menggunakan utas untuk mengidentifikasi tepi luar setiap huruf kemudian memulai proses pembubuhannya," jelasnya. Dia menyebut, proses pengembangan metode penulisan kaligrafi pada kiswah hanya disetujui setelah studi menyeluruh dilakukan pada metode tersebut.   


Shokder menambahkan, membuat kaligrafi di kiswah membutuhkan keterampilan yang kuat dan pelatihan berjam-jam.  Dia mengungkapkan, bagian yang menantang ketika membuat kaligrafi di kiswah adalah teks majemuk dan tumpang tindih. Seorang kaligraf harus mencoba beberapa kali sebelum mencapai mencapai hasil yang diinginkan—indah, dengan uturan kata-kata yang logis, dan menggabungkan semua elemen seni.


Pewarta: Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan