Adalah Kiai Mahrus Ali, Rais Syuriah NU Jawa Timur dan pimpinan pesantren Lirboyo Kediri, yang diincar Golkar. Para pejabat tinggi negara berdatangan ke pesantren itu. Laksamana Sudomo termasuk pejabat yang awal-awal dating, dan tidak baen-baen, dia ke Lirboyo membawa mobilbaru, untuk dihadiapkan Kiai Mahrus.
/>
Sang kiai mau menerima mobil itu, asal tanpa syarat. Mobil diberikan tanpa syarat apapun.
Tapi suatu ketika pejabat setempat mulai neko-neko ngajak sang kiai masuk Golkar. Maka kiai Lirboyo asal Cirebon itu mengancam akan mengembalikan mobil pemberian Sudomo. Akhirnya Kiai Mahrus tak dipaksa masuk Golkar.
Golkar ngotot. Dicari cara lain dan kasar. Suatu ketika pemerintah memberikan sumbanganĀ aliran listrik untuk penerangan pesantren dan jalan ke Lirboyo. Tapi, menjelang peresmian instalasi listrik itu dipasanglah bendera Golkar sepanjang jalan menuju pesantren. Tentu saja Kiai Mahrus protes mendatangi Kamtib setempat dengan mengatakan:
āPemasangan listrik ini merupakan sumbangan dari pemerintah bukan Golkar, karena itu bendera Golkar harus dicopot. Kalau pimpinan Golkar tidak mau mencopot, biar para santri yang mencabuti.ā
Pihak Kamtib menjawab, āKalau begitu ya sudah Kiai, bisa-bisa nanti listriknya tidak jadi disambung.ā
āKalau listriknya tidak jadi dipasang, silahkan pohon-pohon yang sudah ditebang sepanjang jalan itu dihidupkan kembali,ā blas Kiai Mahrus.
āWah! Susah bagaimana bisa menghidupkan pohon. Ya kiai, listrik akan tetap disambungĀ dan tetap akan diresmikan oleh para pejabat,ā jawab Kamtib.
Penolakan para kiai terhadap Golkar bukan sikap yang apriori, tapi berdasarkan pengalaman banyak kiai dan warga NU yang diintimidasi, disiksa, dimasukkan penjara bahkan ada yang dibunuh.Ā Ketika Golkar makinĀ agresif dalam menggolkarkan kiai, beberapa Kiai NU seperti Kiai Mustain Ramli Jombang sudah masuk Golkar, juga ada beberapa Kiai NU di jawa Tengah sudah masuk Golkar.
Di Indramayu, Jawa Barat, tokoh NU disiksa, beberapa rumah dan masjid dirusak Angkatan Muda Siliwangi. Intimidasi terjadi merata di kantong-kantong santri, dari Brebes Jawa Tengah hingga Situbondo, Jawa Timur,Ā dari Bekasi hingga Banten.
Untuk menghadapi agresivitas Golkar itu, Kiai Mahrus saat itu berpesan, āOjo sampek anak turunku mlebu Golkar sampe pitung turunan, nek sampek ning Golkar maka tidak akan panjang umur (jangan sampai keturunanku masuk Golkar sampai tujuh turunan, kalau sampai masuk Golkar maka tidak akan panjang umur).ā
Kemudian kiai Lirboyo yang lain juga berpesan, āPoro santriku tak pesen ojo melu-melu Golkarā (para santriku jangan ikut-ikutan Golkar). Peringatan diberikan karena saat itu sedang galak-galaknya Golkar mengintimidasi para tokoh dan warga NU.
Namun demikian Kiai Mahrus menasehatkan pada para santrinya agar tetap mengetahui arah politik sebagaimana dikatakan dalam sebuah kaidah campuran Jawa Arab, "Man lam yaārif politik akalaahul politik (barang siapa tidak mengetahui politik, maka akan dimakan politik)."
Memang kebanyakan para kiai menjadi politisi NU. Dengan prinsip yang ditanamkan kiai seperti itu maka pesantren pada umumnya menjadi benteng NU dan benteng ajaran ahlussunnah yang sangat kokoh. (Abdul Munāim DZ, disadur dari buku Biografi Para Kiai Lirboyo, dan beberapa sumber lainnya)
Terpopuler
1
Pergunu dan Universitas KH Abdul Chalim Buka Beasiswa S1-S3, Cek Persyaratannya di Sini
2
Gus Kikin Tegaskan NU Mengutamakan Keilmuan
3
Salim Said Tokoh Pers dan Perfilman Nasional Meninggal Dunia, Ini Profilnya
4
Kisah dan Perjuangan Mbah Salamun, Santri Pertama KH Bisri Syansuri
5
Bolehkah Berkurban sebelum Aqiqah? Perhatikan Hukumnya Agar Sah
6
Sosok Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Wafat dalam Insiden Helikopter
Terkini
Lihat Semua