Fragmen

Baju Kotak-kotak Pesanan Mbah Liem

NU Online  ·  Kamis, 26 Februari 2015 | 01:01 WIB

Sekitar tahun 2006 Mbah Liem yang saat itu berada di Jakarta menelepon menantunya Yayuk melalui Pak Nur (sopir Mbah Liem). Dalam telepon tersebut, kiai kharismatik bernama lengap Muslim Rifa'i Imampuro ini menyampaikan keinginannya mampir ke Pekalongan. Ia juga meminta dicarikan baju kotak-kotak tiga buah.
<>
Yayuk yang mendapat telepon langsung bergegas mencari cari ke sana kemari, namun pencarianpun gagal, tanpa hasil karena memang saat itu susah sekali mencari model baju kotak-kotak lembut.

Tidak kehabisan akal Yayuk pun akhirnya beli sarung bermotif kotak-kotak lembut dan minta dibuat baju ke salah satu temannya yang kebetulan punya usaha konveksi. Mendengar baju tersebut pesanan Mbah Liem, penjahit itu segera memulai pemotongan dan menjahit dalam waktu 6 jam. Tiga potong baju pun akhirnya jadi.

Setelah Mbah Liem tiba di Ndoro, nama sebuah Desa di mana Yayuk tinggal, baju tersebut diberikan sesuai pesanan. Setelah istirahat dirasa cukup Mbah Liem pun meneruskan perjalanan pulang ke Klaten.

Keputusan “aneh” diambil Mbah Liem ketika perjalanan sampai di Boyolali kota. Lazimnya, untuk menuju arah Klaten pengendara akan mengambil arah kanan jurusan Tulung, Klaten, tapi Mbah Liem minta lurus menuju arah Solo, tepatnya di Desa Kauman. Sesampai di sana Mbah Liem memberikan baju dengan motif kotak-kotak kecil tadi kepada orang di sana, lalu pulang ke Klaten.

Cerita tersebut mengingatkan kita semua pada peristiwa tahun 2012 saat Jokowi orang asli Solo berangkat ke Jakarta mencalonkan diri sebagai Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Saat itu motif baju yang dipakai kampanye menjadi branding image adalah baju dengan motif kotak-kotak kecil. Penulis meyakini bahwa Mbah Liem menangkap sinyal ilahiyah saat itu bahwa nanti ada orang Solo “Joko Widodo” dengan mengenakan baju motif kotak-kotak akan memimpin Jakarta dan negara ini.

Ali Mahbub, Wakil Ketua PW GP Ansor Jateng 2014 - 2018, tinggal di Wonogiri
* Kisah ini ditulis berdasarkan cerita Ning Yayuk Madayani  kepada penulis pada 24 maret 2014