Fragmen

Bermula dari NW, Awal Berdirinya NU Cabang Gresik

Rab, 27 Juni 2018 | 08:00 WIB

Oleh: Ayung Notonegoro

Sebagaimana banyak ditulis di berbagai literatur sejarah Nahdlatul Ulama, ada tiga organisasi yang terlebih dahulu mengawalinya. Yakni, Nahdlatul Wathan, Taswirul Afkar dan Nahdlatut Tujjar. Dari ketiga organisasi itu, Nahdlatul Wathan (NW) bisa dikatakan sebagai organisasi yang cukup berpengaruh. Selain lebih awal berdiri, juga mampu mengembangkan diri ke berbagai daerah dengan cukup pesat. 

NW didirikan bermula dari kegundahan KH Abdul Wahab Hasbullah. Sepulangnya dari menuntut ilmu di Mekkah pada 1914, ia tertantang untuk mempersembahkan sesuatu yang berguna untuk agama dan bangsanya yang kala masih berada di bawah kungkungan penjajah. Tokoh asal Jombang itu, semakin membuncah keinginannya tatkala bertemu dengan banyak pihak kala pindah tempat tinggal di Kertopaten, Surabaya. Ia tinggal di kediaman mertuanya, Kiai Musa. 

Mulanya ia bertemu dengan Mas Mansur, seorang ulama terkemuka yang kelak menjadi tokoh Muhammadiyah. Ia saat itu baru pulang dari pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Mesir. Pertemuan dua pemuda progresif tersebut, lantas mencetuskan Nahdlatul Wathan. Yaitu, konsep perjuangan melalui bangku sekolah (madrasah). 

Gagasan tersebut, semakin kokoh kala didukung oleh KH Abdul Kahar. Nama yang terakhir ini, merupakan seorang saudagar yang banyak membantu pengembangan NW hingga memiliki gedung tersendiri. 

Secara tertulis, NW diakui oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1916. Semenjak itu, NW terus mengembangkan sayapnya. Madrasah yang berafiliasi dengan NW terus digenjot di pelbagai daerah. Lebih-lebih ketika KH Mas Alwi bin Abdul Aziz masuk menggantikan Mas Mansur yang keluar dan memilih bergabung dengan Muhammadiyah. 

Perkembangan NW cukup pesat. Di Surabaya dibuka 18 madrasah baru yang berafiliasi dengan NW. Di Malang, NW berkembang di tiap kecamatan dengan jumlah ratusan murid. Di daerah lain juga sama. Mulai dari Banten, Semarang, Jombang, Gresik, Sidoarjo, Lumajang, Jember hingga di Banyuwangi. (Choirul Anam: 1984).

Seiring berdirinya Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 serta keputusannya pada Muktamar ketiga untuk membuka cabang-cabang di daerah, NW pun secara bertahap bertransformasi menjadi Nahdlatul Ulama, salah satunya adalah NW di Gresik. 

Gresik termasuk daerah yang mula-mula mengembangkan Nahdlatul Wathan. Salah satu madrasahnya yang berafiliasi dengan NW bernama Far'ul Wathan. Diantara pengurusnya adalah KH Dhofier Muhammad Rofi'i. 

Transformasi NW ke NU di Gresik ini, berlangsung lancar. Sebagaimana diberitakan di Majalah Swara Nahdlatoel Oelama (SNO) Nomor 2 Tahun II 1347, diadakan suatu musyawarah untuk membahas hal tersebut. Musyawarah itu sendiri diadakan pada Jumat malam, 15 Rabiul Awal 1347 H/ 31 Agustus 1928 M. 

Dari musyawarah tersebut, juga disusun kepengurusan NU Cabang Gresik generasi pertama. Berikut adalah susunannya:

Mustasyar: Kiai Faqih (Gunsun), dan Kiai Dlofir (Kauman)

Rais              : Kiai Maksum (Gunsun) 
Wakil Rais    : Kiai Rois (Belandungan) 
Katib             : Kiai Gufron (Belandungan)
Wakil            : Kiai Jamhari (Kaliboto) 

A'wan            : Kiai Syahroni (Kauman), Kiai Misbah (Lumpur), Kiai Kholil (Belandungan)

Ketua            : Haji Adnan (Gunsun) 
Wakil             : Haji Abdul Fatah (Tukusitren) 
Sekretaris     : Haji Akhzam (Tukusitren)
Wakil             : Haji Hasyim (Kemuteran) 
Bendahara    : Haji Ikrom (Jarangan) 
Wakil             : Haji Bakri (Rego) 

Komisaris: Haji Mansur (Gunsun), Haji Shofwan (Gunsun), dan Haji Adnan (Badilan).

Setelah terbentuk, keesokan malamnya kepengurusan Nahdlatul Ulama Cabang Gresik itu diperkenalkan dihadapan publik. Melalui acara peringatan Maulid Nabi Muhammad yang digelar di Masjid Jami' Gresik. 

KH. Faqih Maskumambang yang mengumumkannya dihadapan 4.500 jamaah yang hadir. Pengumuman tersebut semakin spesial Karena dihadiri oleh KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahab yang menjadi pembicara dalam acara tersebut.
 
Pada malam maulid itu juga, diumumkan program kegiatan NU Cabang Gresik. Yaitu, kajian keagamaan yang dihelat di Masjid Jami' Gresik, setiap malam Rabu. Para kiai yang bakal mengisinya antara lain Kiai Abdullah Faqih, Kiai Maksum, Kiai Marlahan, Kiai Rois, dan Kiai Dlofir. (*)

Penulis adalah penggiat sejarah pesantren dan NU. Kini aktif sebagai kerani di Komunitas Pegon