Fragmen

Syahadah Ranting NU Karasak di Karawang Tahun 1937

Jum, 29 November 2019 | 14:33 WIB

Syahadah Ranting NU Karasak di Karawang Tahun 1937

Syahadah, semacam surat keputusan persemian ranting NU di desa Karasak. (Dok. istimewa)

Selepas Shalat Jumat 29 November 2019, Kantor PCNU Kota Bandung di Jalan Sancang didatangi seorang tamu bernama Moch Iqbal. Di kantor tersebut kebetulan ada pengurus PWNU Jawa Barat Kiagus Zainal Mubarok. Moch Iqbal menunjukkan sebuah syahadah, semacam surat keputusan persemian ranting NU di desa Karasak. Syahadah tersebut merupakan hasil scan. Aslinya masih ada di rumahnya.

Syahadah tersebut ditulis dengan huruf bahasa Arab di bagian kop. Penjelasannya, di bagian kanan menggunakan bahasa Arab dan sebelah kiri dengan bahasa Melayu. Meskipun sudah buram, tapi masih bisa terbaca.
 
Syahadah yang bernomor 8 itu mengatakan:

Kemudian maka jabatan....cabang dari Jam’iyyah Nahdlatul Ulama di Purwakarta Subang berkenan mengesahkan berdirinya kring (ranting) dari Jam’iyyah Nahdlatul Ulama di Karasak, tanggal... (tidak terbaca dengan jelas) pada bulan Oktober 1937.

Menurut Moch Iqbal, salah seorang tokoh di kring tersebut adalah kakeknya sendiri, yaitu Abubakar Yusuf. Ia merupakan anak seorang pedagang keturunan Palembang, Sumatera Selatan (ayah) bernama Muhammad Yusuf dan seorang ibu Hatijah (Jawa).

Meski seorang pedagang, Muhammad Yusuf berkeinginan anak-anaknya memiliki pengetahuan agama. Karenanya seluruh anaknya dikirim pesantren ada yang ke Jawa Timur dan ada yang di Jawa Barat. Yang dikirim ke Jawa Timur, tepatnya Tebuireng, adalah Abubakar Yusuf. Ia masih di Tebuireng saat Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari bersama kiai-kiai lain mendirikan NU.

Sepulang dari Tebuireng, sebagaimana santri-santri lain, ia berupaya berkhidmah di NU. Pertama yang ia lakukan, selain berdagang untuk nafkah keluarga, Abubakar Yusuf mendirikan sebuah madrasah yang hingga sekarang masih berdiri. Dulu, madrasah tersebut pernah beranama Madrasah Wajib Belajar Nahdlatul Ulama (MWBNU).

Selintas Persebaran NU ke Arah Barat
Para kiai pondok pesantren Ahlussunah wal Jamaah mendirikan organisasi bernama Nahdlatul Ulama di Surabaya 1926. Para pendiri NU rata-rata berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hanya satu yang berasal dari Jawa Barat, yakni KH Abdul Halim dari Leuwimunding, Majalengka. Meski demikan, aktivitas Kiai Abdul Halim waktu itu lebih banyak dihabiskan di Jawa Timur, yakni di Surabaya. Pada saat NU berdiri, ia tercatat sebagai katib tsani.

Setelah tiga tahun berdiri, para kiai NU berupaya mempercepat perkembangan organisasi ke daerah-daerah lain melalui sebuah komisi yang menurut Choirul Anam di buku Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan NU, bernama Lajnatun Nashihin pada Muktamar NU ketiga di Surabaya pada 1928. Komisi tersebut diketuai langsung Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari.

Maka, muktamar selanjutnya tidak lagi di Surabaya, melainkan bergeser ke barat, yakni di Semarang, Jawa Tengah. Kemudian terus bergeser lagi ke barat. Pada Muktamar NU kelima dilaksanakan di Pekalongan, keenam di Cirebon, ketujuh di Bandung, kedelapan di Jakarta. Kemudian kembali lagi ke timur.

Nah, berdasarkan data dari laporan dari majalah Swara Nahdlatoel Oelama, pada Muktamar NU di Jakarta pada tahun 1933 ada perwakilan dari daerah Jatiragas, Karawang. Jatiragas tersebut merupakan tetangga Desa Karasak.

Penulis: Abdullah Alawi
Ediitor: Fathoni Ahmad