Contoh dari kedekatan hubungan tersebut adalah kisah Rasulullah yang pernah meminta Abdullah bin Mas’ud membacakan untuknya ayat-ayat Al-Qur’an. Terang saja Abdullah merasa heran.
“Wahai Rasulullah! Apakah (layak) saya membacakan Al-Qur’an untukmu sementara ia diturunkan kepadamu?”
“Aku senang mendengarnya dari orang selain diriku,” timpal Baginda Nabi.
Abdullah pun mengabulkan permintaan Rasulullah dengan membacakan Surat an-Nisa’ dengan fasih. Namun, Baginda Nabi tiba-tiba memintanya berhenti ketika Abdullah sampai pada ayat:
“Maka bagaimanakah (halnya orang-orang yang durhaka nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (QS an-Nisa’: 41)
Jleb! Abdullah bin Mas’ud berhenti membaca. Ia menoleh ke wajah Rasulullah dan menyaksikan air mata meleleh dari kedua pelupuk mata utusan Allah itu. Demikian cerita yang bisa kita baca dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Hadits tersebut menunjukkan betapa rendah hatinya Rasulullah, sebagai penerima wahyu mau mendengarkan untaian bacaan dari lisan pelayannya. Peristiwa ini juga mengajarkan bahwa orang yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an tak lebih buruk dari orang yang membacanya. Bahkan, karena fokus menghayati isi bacaan, si pendengar bisa lebih meresapi dan menangkap pesan inti Al-Qur’an.
Ayat 41 dari Surat an-Nisa’ itu menjelaskan tentang posisi Nabi Muhammad yang kelak di akhirat menjadi saksi bagi umatnya yang durhaka. Tangisan Rasulullah menjadi penanda akan lembutnya hati beliau yang tak sampai hati umatnya bakal menerima penderitaan—meski akibat ulah mereka sendiri. Di ayat berikutnya diungkapkan bahwa mereka yang durhaka kepada Allah dan rasul-Nya meminta agar ditenggelamkan ke dalam bumi.
Menurut Tafsir al-Baidlâwi, mereka ingin diratakan dengan tanah selayaknya orang mati. Atau diciptakan saja seperti tanah yang tak memiliki tanggung jawab perbuatan. Mungkin maksudnya untuk menghindari siksaan. Padahal, walâ yaktumûnaLlâha hadîtsân (mereka tidak dapat menyembunyikan kejadian apa pun dari Allah). (Mahbib)
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua