Suasana selayak lebaran ketika masyarakat tumpah ruah di sebuah masjid di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Mereka ingin melaksanakan shalat gerhana bulan selepas sembahyang isya'.
Usai menjadi imam shalat isya’, seorang ustadz pun segera berdiri, pegang mikrofon, lalu memberi pengarahan.
“Jamaah sadayana, apa perbedaan istilah antara gerhana matahari dan gerhana bulan?”
Jamaah diam. Mungkin tidak tahu. Mungkin malu-malu.
Sang ustadz menjawab pertanyaannya sendiri, “Kalau gerhana matahari pakai kap (ك), kalau gerhana bulan pakai kha’ (خ). Yang pertama kusup, yang kedua khkh…khusup.”
“Jangan disama-samain ya,” tegas ustadz berdarah Sunda ini lagi, “Ini masalah makahrijul hurup. Gerhana matahari itu kusup, gerhana bulan itu khkh…khusup.”
Mayoritas jamaah manggut-manggut.
Di tengah kerumunan, seorang berbisik ke teman sebelahnya, “Padahal Pak Ustadz sendiri nyama-nyamain antara p dan f. Yang bener khusup dan khusuf sih?”
“Husss…” tegur temannya sambil cekikikan.

(Mahbib)