Cerita ini dimulai ketika Gus Dur ditemani beberapa orang pengawalnya sedang asik duduk-duduk sambil berbincang.
Tidak lama kemudian datanglah seorang pemuda berdiri membelakangi Gus Dur dengan santainya, kemudian pemuda tersebut memantati Gus Dur.
Melihat kejadian tersebut tidak ada seorang pengawalpun yang marah. Beberapa waktu kemudian pemuda tersebut kembali memantati Gus Dur, bahkan kali ini lebih rendah lagi dan kejadian itu juga tidak membuat pengawal Gus Dur marah.
Setelah agak lama pemuda tersebut dengan beraninya membalikkan tubuhnya dan memandang Gus Dur kemudian dia bersalaman cium tangan.
Selidik punya selidik ternyata Gus Dur shalatnya datang terlambat dan menempati barisan kedua sedangkan pemuda tersebut berdiri di depan Gus Dur. (Fathoni)
Disunting dari Muhammad Wahab Hasbulloh dalam buku karyanya “Ngakak Bareng Gus Dur” (Insania Yogyakarta, 2010)