Selama dua hari-dua malam suntuk anak itu mempelajari khotbah nikah.
“Sudah siap?” kata Abul Aswad kepada anaknya di hari ketiga.
“Sudah dong pak, aku sudah mengapalnya.”
“Coba baca, aku mau dengar,” kata bapaknya.
“Baik, simak dan perhatian dengan seksama Pak.”
Lalu anaknya mulai membaca khotbah. “Alhamdulillâhi nahmaduhû, wa nast’înuhû, wa natawakkalu alaih. Wa nasyhadu an lâ ilâha illallâh, wa anna muhammadar rasûlullâh. Hayya alas shalâh, hayya alal falâh….”
“Stop, jangan iqamah dulu. Aku belum bersuci,” kata Abul Aswad dengan jengkel. (Alhafiz K)
*) Dikutip dari Akhbarul Hamqa wal Mughaffalin (Hikayat Orang Dungu dan Lalai) karya Ibnul Jauzi. Judul oleh pengutip.
Terpopuler
1
3 Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram
2
Niat Puasa Muharram Lengkap dengan Terjemahnya
3
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
4
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
5
Khutbah Jumat: Persatuan Umat Lebih Utama dari Sentimen Sektarian
6
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
Terkini
Lihat Semua