Humor

Masyarakat ‘Madani’

NU Online  ·  Rabu, 4 Oktober 2017 | 09:01 WIB

Sudah menjadi tradisi seorang santri mengunjungi gurunya di tempat nyantrinya dulu. Hal ini juga dilakukan oleh Shodiq Rozali ketika dirinya rindu ingin bersilaturrahim ke kediaman gurunya, Kiai Su’adi di sebuah pesantren di daerah Ketapang, Malang Selatan.

Shodiq yang kini sudah menjadi ustadz muda dan diundang ceramah di mana-mana ingin memperoleh wejangan kiainya terhadap aktivitas dakwahnya selama ini.

Di dampingi keluarga dan beberapa teman, Shodiq disambut dengan hangat oleh tuan rumah. Tak mau diperlakukan istimewa, Shodiq pun segera tanggap terhadap gerak-gerik kiainya dalam menyambut tamu. Tentu usai cium tangan, dia ikut bantu menyediakan jamuan untuk para tamunya.

Setelah semua dipastikan beres dan terjamu dengan baik, tibalah waktu berbincang-bincang ringan antara Kiai Su’adi dan para tamunya yang tentu lebih tahu persis tentang kondisi masyarakat.

“Bagaimana keadaan masyarakat sekarang ini?” tanya Kiai Su’adi membuka keran obrolan sore itu.

Dengan membuka pertanyaan, sang kiai tidak mau mendahului obrolan panjang lebar dengan menyuguhi sejumlah taushiyah sebelum para tamunya memaparkan kondisi terkini yang terjadi di tengah masyarakat.

“Satu sama lain saling madani, kiai,” sahut Shodiq menimpali. Madani adalah bahasa Jawa yang artinya mengejek

Shodiq sebagai ustadz muda tahu betul fenomena sosial yang terjadi di era modern dan di zaman teknologi digital seperti sekarang ini, terutama saling mengejek di media sosial.

“Kalau begitu program pemerintah berhasil dong,” timpal Kiai Su’adi.

“Kok berhasil kiai?” tanya Shodiq penasaran dengan bayan atau penjelasan lebih lanjut kiainya.

“Lah kan katanya pemerintah mau bikin masyarakat madani,” jawab sang kiai. (Fathoni)