Suatu kali Prof Machasin yang saat itu jadi Rais Syuriyah mendapat undangan rapat PBNU. Sesuai jadwal, dosen yang birokrat ini datang tepat waktu: 14.00 waktu Indonesia Barat (WIB).
<>
Begitu masuk ruang rapat, ia celingukan. Toleh sana, toleh sini. Setengah kaget, karena hampir seluruh kursi masih kosong. Prof Machasin pun menunggu cukup lama.
"Ini bagaimana. Katanya jam dua. Ini kan sudah jam tiga!?" tanyanya kepada peserta rapat yang sudah hadir.
Sahabatnya itu tertawa, "Hahaha..."
"Kok ketawa?" Prof Machasin heran.
"Sampean orang NU baru ya? Haha..."
Prof Machasin cuma nyengir, sambil membetulkan kopiahnya yang makin miring.
Pejabat Kemenag yang rajin ini rupanya belum paham betul bahwa di NU—entah sejak kapan—ada kaidah tak tertulis: waktu Indonesia terbagi menjadi empat (bukan tiga), yakni WIT, WITA, WIB, dan WI-NU. Selisih masing-masing minimal satu jam!
(Mahbib)
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
3
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
4
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
5
Waketum PBNU Jelaskan Keistimewaan Belajar di Pesantren dengan Sanad
6
Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik
Terkini
Lihat Semua