Internasional

100 Hari Berlalu, Belum Ada Titik Terang soal Jenazah Khashoggi

Jum, 11 Januari 2019 | 16:00 WIB

100 Hari Berlalu, Belum Ada Titik Terang soal Jenazah Khashoggi

Foto: Murad Sezer/Reuters

Washington, NU Online
Jurnalis asal Arab Saudi dan kolumnis The Washington Post, Jamal Khashoggi (59), dibunuh di Gedung Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 lalu ketika hendak mengurus dokumen pernikahannya dengan Hatice Cengiz, tunangannya. 

Kejadian itu menarik perhatian komunitas internasional. Berita tentang kemajuan penyelidikan kasus pembunuhan Khashoggi terus ditunggu. Fakta-fakta dan barang bukti yang terkait dengan pembunuhan Khashoggi mulai terungkap sedikit demi sedikit. Pengadilan Arab Saudi juga sudah memulai mengadili para terdakwa. 

Sebagaimana diberitakan kantor berita resmi Saudi, SPA, ada 11 terdakwa pembunuh Khashoggi hadir bersama pengacaranya masing-masing dalam sidang perdana pada Kamis (3/1) lalu. Namun demikian, tidak disebutkan secara rinci siapa saja nama dari 11 terdakwa tersebut. Pada kesempatan itu, Jaksa Agung Arab Saudi menuntut lima orang dari 11 terdakwa dengan hukuman mati. Belum diketahui apa tuntutan bagi enam terdakwa sisanya. 

Namun demikian, keterangan mengenai dimana jenazah Khashoggi hingga hari ini, 100 hari setelah ia dibunuh, belum ada titik terang. Menteri Luar Negeri Saudi pada saat itu Adel Al-Jubeir mengaku, pihaknya tidak mengetahui dimana jenazah Jamal Khashoggi. Sebagaimana diketahui, posisi Al-Jaber sebagai Menteri Luar Negeri kemudian diganti oleh Ibrahim al-Assaf pada 25 Desember 2018.

"Kami tidak tahu di mana jenazahnya (Jamal Khashoggi). Kami bertekad untuk mengungkapkan semuanya. Kami bertekad untuk menghukum orang-orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan ini,” kata Al-Jubeir kepada Fox News, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (22/10). 

Sementara ada laporan kalau jenazah Khashoggi dilarutkan dengan menggunakan zat asam. Lalu larutannya dibuang di pipa-pipa saluran di komplek Konsulat Saudi. Laporan ini diturunkan media propemerintahan Turki, Sabah, sebagaimana dikutip AFP, Sabtu (10/11).

Di hari ke-100 kematian Khashoggi, parlemen Amerika Serikat, teman-teman jurnalis, para pengacara, dan komunitas kebebasan pers menyelenggarakan upacara untuk mengenang sang jurnalis pada Kamis (10/1). Upacara dimulai dengan hening. 

“Pembunuhan Khashoggi merupakan kekejaman dan penghinaan terhadap kemanusiaan,” kata Ketua DPR AS Nancy Pelosi, dikutip AFP. 

Sementara CEO Washington Post Fred Ryan menuturkan, kematian Khashoggi bukan hanya pembunuhan terhadap seorang jurnalis yang tidak bersalah. Namun, pembunuhan Khashoggi merupakan bagian dari serangan yang meningkat terhadap kebebasan pers yang dilakukan oleh para tirani di seluruh dunia.

Jamal Khashoggi merupakan jurnalis yang banyak mengkritisi kebijakan Saudi, terutama dalam hal kebebasan berpendapat, hak asasi manusia di Saudi, dan keterlibatan Saudi pada Perang Yaman. (Red: Muchlishon)