Internasional

5 Ribu Kamp Rohingya Hancur Akibat Hujan Deras

Sen, 15 Juli 2019 | 09:00 WIB

5 Ribu Kamp Rohingya Hancur Akibat Hujan Deras

Kamp Pengungsi Rohingya (Istimewa)

Cox’s Bazar, NU Online
Ribuan gubuk yang menjadi tempat tinggal pengungsi Rohingya di kamp pengungsian di distrik Cox’s Bazar, Bangladesh, hancur akibat hujan lebat yang menerjang wilayah tersebut. Setidaknya, ada 10 orang yang meninggal dalam insiden tersebut.

Dilaporkan AFP, Senin (15/7), Badan Meteorologi Bangladesh menyebut, sejak 2 Juli lalu wilayah distrik Cox’s Bazar dilanda hujan deras dengan curah hujan mencapai 58,5 cm. Cox’s Bazar merupakan lokasi pengungsian bagi 1 juta warga Rohingya yang melarikan diri dari operasi militer Myanmar di wilayah Rakhine 2 tahun lalu. 

Menurut juru bicara Organisasi Migrasi Internasional (IOM), hujan deras tersebut menyebabkan longsor di komplek kamp pengungsian Rohingya. Sebagaimana diketahui, banyak kamp-kamp pengungsian Rohingya berdiri di lereng-lerang bukit yang rapuh. Kondisi semakin buruk karena kamp pengungsia hanya terbuat dari bambu dan terpal saja. IOM merinci, ada sekitar 4.889 kamp pengungsi yang hancur setelah terkena bencana longsor.

Sesuai laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejak April lalu lebih dari 200 longsor terjadi di komplek pengungsian pengungsi Rohingya. Kejadian ini juga berdampak kepada para pengungsi lainnya di Cox’s Bazar. Penyaluran logistik dan aktivitas mereka menjadi terganggu.

Hujan deras yang menyebabkan longsor dan banjir menjadi momok tahunan bagi para pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp pengungsian Cox’s Bazar. Pada 2017 saja, sedikitnya 170 orang meninggal akibat hujan deras. Geografis tanah yang berbukit-bukit dan banyaknya hutan yang digunduli membuat longsor semakin sering terjadi di wilayah pengungsian Rohingya. 

Sekitar 750 ribu Muslim Rohingya telah meninggalkan kampung halamannya di Negara Bagian Rakhine di barat Myanmar pada 25 Agustus 2017 lalu setelah tentara Myanmar melakukan operasi militer di wilayah tersebut. Mereka kemudian mengungsi ke beberapa wilayah di perbatasan Bangladesh.

PBB menilai, apa yang dilakukan Myanmar sebagai upaya untuk pembersihan etnis atau genosida. Namun demikian, pemerintah Myanmar menolak penilaian itu. Mereka berdalih, operasi militer tersebut adalah dimaksudkan sebagai upaya untuk memerangi kelompok ekstremisme dan terorisme. (Red: Muchlishon)