Internasional

Akan Blokir Al-Jazeera, Israel Dinilai Musuh Kebebasan Pers

Sen, 7 Agustus 2017 | 03:35 WIB

Jerusalem, NU Online
Israel berencana melarang saluran informasi Qatar, Al-Jazeera beroperasi di negara tersebut atas tuduhan sebagai pemicu kekerasan. Dengan demikian, Israel mengikuti jejak sejumlah negara Arab yang telah menutup penyiar media itu di tengah perselisihan politik mereka dengan Qatar.

Seperti dilansir AP, Menteri Komunikasi Israel Ayoob Kara mengatakan bahwa dia berencana untuk mencabut izin pers wartawan Al-Jazeera, yang secara efektif mencegah mereka untuk bekerja di Israel. Kara mengatakan, dia telah meminta jaringan kabel dan satelit untuk memblokir transmisi Al Jazeera dan meminta undang-undang untuk melarang mereka sama sekali.

Al-Jazeera yang bermarkas di Doha dalam situsnya berbahasa Inggris mengutuk tindakan tersebut sebagai tindakan yang "tidak demokratis" dan menyatakan akan mengambil langkah hukum. Al-Jazeera akan terus beroperasi di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Kepala biro penyiar di Yerusalem Walid al-Omari mengatakan, kantornya belum diberitahu oleh pejabat Israel tentang tindakan yang mungkin dilakukan pemerintah Israel.

Al-Jazeera, sebuah jaringan satelit pan-Arab yang didanai oleh pemerintah Qatar, sudah menjadi sasaran negara-negara Arab yang sekarang mengisolasi Qatar sebagai bagian dari sengketa politik selama berbulan-bulan. Qatar dituduh mendukung kelompok ekstremis. Yordania dan Arab Saudi baru-baru ini menutup kantor-kantor lokal Al-Jazeera, sementara saluran dan situs afiliasinya telah diblokir di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain.

Pejabat Israel telah lama menuduh Al-Jazeera bersikap bias terhadap negara Yahudi tersebut. Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman telah menyamakan liputannya dengan propaganda "Nazi Jerman".

The Foreign Press Association (Asosiasi Pers Asing), mewakili wartawan yang meliput wilayah Israel dan Palestina untuk organisasi berita internasional, tengah mencermati masalah ini dan sedang mempelajari tentang langkah-langkah yang bakal diambil.

The Committee to Protect Journalists (Komite untuk Perlindungan Wartawan), sebuah kelompok advokasi yang berbasis di New York, mengkritik usulan Israel tersebut. 

"Menyensor Al-Jazeera atau menutup kantornya tidak akan membawa stabilitas ke kawasan itu. Justru tindakan tersebut akan menempatkan Israel secara jelas dalam deretan para musuh kebebasan pers yang paling parah di kawasan ini," kata Sherif Mansour, koordinator program Timur Tengah dan Afrika Utara komite itu.

Menurutnya, Israel harus meninggalkan rencana-rencana yang tidak demokratis ini dan mengizinkan Al-Jazeera beserta semua wartawan untuk melakukan kerja-kerja jurnalistik secara bebas di berbagai negara dan wilayah. (Red: Mahbib)