Internasional

Aktivitas PCINU Sudan, Dari Kajian hingga Kemandirian Ekonomi

Jum, 19 April 2019 | 06:30 WIB

Jakarta, NU Online
Tidak hanya mahasiswa, masyarakat Indonesia yang tinggal di Sudan juga ada yang menjadi pekerja. Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan berupaya untuk terus merawat keberlangsungan kegiatan dan tradisi Islam Nusantara di sana bersama mereka dengan menggelar Pengajian Al-Hijrah sebagai sarana mengaji para pekerja Indonesia di Sudan.

"Upaya untuk ngopeni para Bapak dan Ibu-Ibu pekerja di Sudan. Ngopeni Orang adalah salah satu ciri khas dari NU yang kuat dalam cultural," ujar Ketua tanfidziyah PCINU Sudan terpilih, Eri Prasetiyanto kepada NU Online pada Kamis (18/4).

Menurutnya, program ini menjadi salah satu yang harus terus ditingkatkan guna memberikan hal terbaik bagi masyarakat Indonesia yang berada di sana. Upaya peningkatan itu ia rencanakan dengan membuat buku kumpulan doa dan bacaan dzikir bagi mereka.

"Insyallah kami akan menerbitkan buku panduan khusus untuk panduan bagi mereka yang berisi doa-doa, bacaan Shalat, Bacaan Tahlil dll," kata mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Afrika Internasional itu.

Di samping itu, dengan basis anggota mahasiswa, PCINU Sudan juga membuka forum kajian ilmiah. Melalui Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam), PCINU Sudan menggerakkan kajian tematik, seperti radikalisme, filsafat, hingga ekonomi syariah.

Alumnus Perguruan Islam Mathaliul Falah, Kajen, Marqoyoso Pati, Jawa Tengah itu juga menjelaskan bahwa Lakpesdam PCINU Sudah memiliki Forum Pengembangan Bahasa Arab Kaukabul Fushoha. Forum itu, katanya, di tahun ini berhasil menyambung dan studi banding dengan organisasi besar Internasional, yaitu Majma' Lughoh Al-Arabia yang berpusat di Suriah.

Eri yang kini memasuki tahun keempat di Sudan itu juga akan melanjutkan penerbitan Majalah Taff dan pembuatan film melalui tema-teman kru Asbaq Film. "Media krearif dan kreasi wajib dilanjutkan untuk periode ini," ujarnya.

Hal yang patut dikembangkan lagi, menurutnya, adalah kemandirian ekonomi. Tahun ini, PCINU Sudan memiliki beberapa unit ekonomi seperti warung 26 dan baqolah (toko) Al-Varokah, dll. "Mungkin untuk selanjutnya bisa dikembangkan dengan skala yang lebih besar menjadi restoran 26 dengan berbagai menu Indonesia tentunya," pungkasnya.

Senada dengan Eri, Ketua PCINU Sudan demisioner, Muthiullah Hibatullah juga menyatakan pentingnya kemandirian ekonomi PCINU Sudan. Di masa kepengurusannya berhasil membuat tim penggerak ekonomi sebagai bentuk perhatian khusus terhadap kebutuhan finansial PCINU Sudan. "Tahun ini direkonstruksi untuk pematangan, ini yang sedang digiatkan," katanya.

Alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, itu juga mengungkapkan bahwa hal yang tak kalah penting untuk diteruskan oleh kepengurusan baru adalah mengeratkan silaturahim dengan para syech dan instansi di Sudan. Ia mengaku bahwa PCINU Sudan dekat dengan Majma' al-Shufi al-'Aam. "Kajian dan pendekatan intelektual dan kulturan dengan masyayikh thariqah di Sudan dan instansi-instansi penting di Sudan," ujarnya.

Terakhir, Muthiullah juga berharap bahwa penyelenggaraan bazar kitab karya ulama Nusantara diteruskan oleh kepengurusan yang baru. "Bazar kitab ulama Nusantara yang baru pertama kali saya perkenalkan tahun ini di even pameran buku internasional tahunan di Sudan," pungkas pria asal Pondok Pesantren Winong, Cirebon, Jawa Barat itu. (Syakir NF/Muiz)