Dhaka, NU Online
Menteri Luar Negeri Bangladesh AK Abdul Momen mengusulkan agar dibangun zona aman di negara bagian Rakhine Myanmar. Momen meminta bantuan Rusia, China, dan India untuk mewujudkan proposalnya itu.
“Jika zona aman dibuat di bawah penjagaan China, Rusia dan India bersama dengan negara-negara ASEAN, orang-orang Rohingya akan didorong untuk kembali ke tanah mereka sendiri,” kata Momen dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Anadolu, seperti dikutip Aljazeera, Rabu (13/2).
Momen menambahkan, jaminan hak kewarganegaraan bagi pengungsi Rohingya yang kembali ke Myanmar menjadi prasyarat dalam proposalnya itu. Menurut dia, India menghargai usulannya itu. Ia berharap negara-negara lainnya akan mengikutinya.
Sejak Agustus 2017, sekitar 750 ribu warga Rohingya, kebanyakan anak-anak dan perempuan, berbondong-bondong meninggalkan Myanmar dan mengungsi di Bangladesh setelah aksi persekusi oleh tentara Myanmar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak kecil, pemukulan brutal, dan penghilangan yang dilakukan oleh tentara Myanmar.
Sebetulnya Bangladesh dan Myanmar sudah menandatangani kesepakatan repatriasi (pemulangan) pengungsi Rohingya pada November 2017 lalu. Sesuai kesepakatan itu, proses pemulangan pengungsi Rrohingya akan berjalan salaam dua tahun. Namun hingga rencana tersebut belum terlaksana. Ada banyak hal yang menyebabkannya, mulai dari kekhawatiran global atas keselamatan warga Rohingnya ketika mereka sudah kembali kampung halamannya hingga belum adanya jaminan kewarganegaraan dari Myanmar.
“Ada 1,2 juta warga Rohingya yang sekarang tinggal di Bangladesh. Meski kami bukan negara kaya, kami adalah salah satu negara terpadat di dunia,” keluh Momen.
Dia juga mengusulkan agar para pengungsi Rohingya itu dikirim ke beberapa negara sahabat Myanmar sehingga mereka mendapatkan penghidupan yang lebih layak. Di samping itu, Momen mengaku kalau langkah itu dapat menekan Myanmar untuk mengambil kembali warga Rohingya. (Red: Muchlishon)