Internasional

Buntut Teror Bom, Sri Lanka Pulangkan 200 Ulama Asing

NU Online  ·  Senin, 6 Mei 2019 | 06:30 WIB

Buntut Teror Bom, Sri Lanka Pulangkan 200 Ulama Asing

Bendera Sri Lanka (worldatlas.com)

Colombo, NU Online
Pemerintah Sri Lanka dilaporkan memulangkan sekitar 200 ulama asing dari negara itu. Kebijakan itu diambil sebagai upaya antisipasi setelah terjadi serangkaian serangan bom bunuh diri pada Hari Paskah, Ahad, 21 April 2019 lalu. Serangan tersebut menewaskan 253 orang dan melukai ratusan lainnya. 

Menteri Dalam Negeri Sri Lanka Vajira Abeywardena mengatakan, saat ini ada sekitar 600 orang warga asing –termasuk 200 ulama tersebut- yang sudah dipulangkan ke negaranya masing-masing. Abeywardena menyebut, sebetulnya ratusan ulama asing tersebut masuk ke Sri Lanka dengan cara legal. Namun, mereka ketahuan tetap tinggal di Sri Lanka meski visanya sudah kedaluarsa.

Pemerintah Sri Lanka mendenda ratusan ulama tersebut, sebelum dipulangkan ke negaranya masing-masing. Abeywardena menuturkan, ke depan pemerintah Sri Lanka akan memperketat pemberian visa bagi ulama asing. 

“Dengan pertimbangan situasi Sri Lanka saat ini, kami mengevaluasi sistem visa dan memutuskan memperketat pemberian visa bagi ustaz atau ulama. Ada sekitar 200 orang yang kami pulangkan," kata Abeywardena, dikutip AFP, Senin (6/5).

Abeywardena tidak memberikan informasi lebih detail mengenai identitas dan asal negara 200 ulama yang dipulangkan dari Sri Lanka tersebut. Kendati demikian, mereka diketahui berasal dari beberapa seperti India, Bangladesh, Pakistan, dan Maladewa.

"Ada sejumlah lembaga keagamaan yang mendatangkan ulama asing. Kami tidak punya masalah dengan mereka, tetapi belakangan kami mulai harus memberi perhatian lebih," katanya.

Sebelumnya, pemerintah Sri Lanka juga melarang Muslimah mengenakan penutup muka atau cadar di ruang-ruang publik. Kebijakan itu juga dikeluarkan sebagai upaya antisipasi setelah terjadi serangan yang mematikan pada Hari Paskah lalu. 

Sri Lanka memberlakukan status darurat setelah serentetan serangan bom pada 21 April lalu. Saat ini, pemerintah Sri Lanka mengaktifkan kembali jam malam dan larangan penggunaan media sosial. Ini dilakukan untuk menghentikan kabar-kabar yang tidak benar. (Red: Muchlishon)