Internasional

Diseminasi Moderasi Beragama hingga ke Muslim di Victoria

Sel, 19 November 2019 | 21:00 WIB

Diseminasi Moderasi Beragama hingga ke Muslim di Victoria

Dialog diseminasi moderasi beragama di Australia, Ahad (17/11) (Foto: Kemenag)

Victoria, NU Online
Di sela-sela kunjungan kerja Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam ke Monash University di Melbourne, Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi; dan Kepala Subdit Pengembangan Akademik, Mamat Salamet Burhanuddin, berkesempatan untuk berdialog dengan komunitas masyarakat Muslim Indonesia yang berada di Victoria, salah satu negara bagian Australia yang beribukota Melbourne.
 
Kegiatan yang diselenggarakan di Masjid Westall itu dihadiri oleh masyarakat Muslim Indonesia yang berada di sekitar Melbourne, peserta short course riset, dan sejumlah jamaah lainnya, Ahad (17/11).
 
Pada dialog yang diselenggarakan selepas pelaksanaan Shalat Maghrib berjamaah itu, kedua Kepala Subdit di lingkungan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam tampil menyajikan tentang Islam Indonesia dan Moderasi Beragama.
 
Paparan pertama disampaikan oleh Mamat Salamet Burhanuddin yang menyajikan tentang dinamika Islam Indonesia mutakhir. Menurut doktor jebolan UIN Jakarta itu, Islam Indonesia adalah Islam yang ideal untuk dicontoh. Sebab, Islam telah menjadi perekat sosial dalam membangun bangsa dalam berbagai bidang.
 
"Peran yang dilakukan oleh dosen di lingkungan Kementerian Agama telah memberikan sumbangan besar dalam mentransformasikan ajaran dan nilai-nilai Islam  sekaligus menjadi perekat dalam kehidupan kebangsaan dan keilmuan sekaligus. Islam dan kebangsaan memiliki relasi yang sangat penting, sehingga semangat dalam kebangsaannya dijiwai oleh komitmen keislaman yang tinggi," ungkap Mamat.
 
Bahkan, lanjut Mamat, bidang keilmuan yang dikembangkan di Indonesia juga dijiwai oleh keislaman."Inetgrasi keilmuan yang menjadi core business Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di lingkungan Kementerian Agama sangat jelas menunjukkan bahwa antara ilmu pengetahuan dan keislaman memiliki hubungan yang erat," paparnya.
 
Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, memberikan perspektif terhadap bagaimana cara beragama sebagai bagian dari moderasi beragama. "Islam itu menghendaki agar umatnya memiliki kesalehan secara personal kepadaTuhannya, juga memiliki kesalehan sosial terhadap sesama. Kedua keshalehan itu harus bersamaan, tidak boleh dipisahkan," ungkap Suwendi.
 
Ajaran Islam, lanjut Suwendi, tidak menghendaki ekstremisitas. "Oleh karenanya, tidak benar jika ada orang yang berjihad atas nama keshalehan terhadap Tuhannya, tetapi justru ia melakukan perusakan terhadap tatanan kemanusiaan, termasuk melakukan pengeboman atau merusak kesepakatan-kesepakatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya.
 
Selain itu, ia menyebutkan, Islam di Indonesia itu sangat damai karena menjunjung moderasi. Sebab, militansi ketuhanannya tidak hanya diwujudkan dalam ibadah-ibadah mahdlah semata, tetapi juga dimanifestasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari, dengan menjunjung tinggi perbedaan dan menghargai orang lain.
 
"Tidak mudah menyalahkan atau mengkafirkan pendapat yang tidak sama dengan dirinya, sehingga masyarakat yang berada di lingkungan kita merasa nyaman dan damai," ungkap Suwendi.
 
 
Editor: Kendi Setiawan