Internasional

Indahnya Bukber di Alam Terbuka di Hong Kong

NU Online  ·  Jumat, 8 Juni 2018 | 22:30 WIB

Indahnya Bukber di Alam Terbuka di Hong Kong

Buka bersama di Taman Victoria Hong Kong.

Oleh: Ahmad Ali MD

Syiar Ramadhan di Hong Kong dipenuhi dengan berbagai kegiatan taklim dan buka bersama (bukber), membawa kesan khas, terutama karena diadakan di tempat-tempat terbuka.

Taklim dan bukber di Hong Hong terasa begitu berbeda dengan taklim bukber di tanah air Nusantara. Di negeri beton ini, taklim kebanyakan diadakan di taman-taman, ruang-ruang terbuka dan di bangunan, bukan ruangan dan bangunan khusus untuk taklim dan ibadah. Lebih dari itu, taklim dan bukber ini umumnya diadakan oleh majelis-majelis taklim kaum hawa, yang nota bene sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Buruh Migran Indonesia (BMI). 

Saat saya ditugaskan oleh Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD-PBNU) untuk dakwah di Hong Kong, pengalaman yang menarik perhatian saya adalah saat mengisi taklim pada hari Ahad, tanggal 11 Ramadhan 1439 bertepatan dengan 27 Mei 2018, di Majelis Taklim Persatuan Dakwah Victoria (MT PDV) di Victoria Park Causeway Bay. Ini adalah taman kota terbesar di Hong Kong. Kala itu kegiatan taklim di MT PDV ini dilengkapi dengan lomba membaca Al-Qur'an secara tartil dan lomba menjadi Master of Ceremony (MC), yang saya sekaligus didaulat untuk menjadi juri, memberikan penilaian lomba ini.

Kegiatan ini tepatnya diadakan di salah satu sudut jalanan di area Victoria Park ini, dekat kolam renang. Dengan digelar terpal plastik, jamaah majelis taklim ini, sekitar enam puluh orang yang hadir, antusias mengikuti taklim, yang diadakan dari jam 15.00 -hingga waktu berbuka, saat itu pukul 19.04 waktu setempat.

Di MT PDV jamaahnya usianya beragam, beberapa di antaranya sudah usia lanjut, tapi umumnya masih muda-muda, usia 25-35 tahun. 

Menjelang waktu berbuka puasa, aneka makanan, minuman dan buah-buahan khas Nusantara dihidangkan, dan kami nikmati bersama-sama. Terasa begitu indah dan berkesan terutama bagi saya, bersamaan dengan jamaah kaum hawa bukber di taman kota yang di sekelilingnya pepohonan dan bunga-bunga. Terlebih lagi beberapa meter, tepat di belakang saya duduk terpisah dengan pagar bunga dan pepohonan, ada kolam renangnya, sehingga terdengar suara-suara orang berenang di saat itu suhu panas berkisar 32 ˚C. Selama Ramadhan suhu di sini panas, hanya mulai tanggal 18 Ramadhan sudah sering turun hujan. 

Di hamparan terpal di bagian kanan dan kiri jalan, yang bagian tengahnya dikosongkan untuk lalu lintas orang lewat, di dalam taman kota ini, syiar Ramadhan diadakan dengan menyenangkan dan menggembirakan. Terutama saat lomba menjadi MC. Dalam lomba menjadi MC ini dan lomba Murattal (membaca Al-Qur'an secara tartil bittajwid), masing-masing ada lima orang perwakilan dari tiap-tiap organisasi dakwah yang terhimpun di MT PDV. 

Lomba murattal diikuti oleh lima peserta perwakilan dari tiap-tiap organisasi dalam majelis taklim ini. Lomba membaca murattal ini hanya membaca beberapa ayat dari surat-surat pendek juz 30, yang ditentukan sesuai dengan daftar surat di lipatan kertas yang didapat. 

Dari lima peserta diambil tiga terbaik, untuk juara 1, juara 2 dan juara 3. Secara umum, mereka belum bagus bacaannya dari segi tawjid, karena masih dalam tahap belajar, sehingga sangat perlu untuk terus mendapatkan perhatian dan pembinaan. 

Usai lomba murattal dilanjutkan dengan lomba menjadi MC. Gelak tawa terdengar saat di antara peserta lomba MC ini ada yang salah ucap dan kurang tepat dalam penampilannya. Gelak tawa itu muncul akibat penampilan yang tampak lucu, tetapi rekan-rekan mereka tetap memberikan support kepada peserta ini.

Dari lima peserta disaringlah tiga juara, juara 1, juara 2 dan juara 3. Di antara mereka ada yang bagus penampilannya, yang terus menerus penting ditingkatkan kualitasnya. Pengalaman ini sungguh penting bagi mereka, dan bermanfaat, terutama bila kemampuan mereka di bidang ini bisa dipraktekkan dalam acara nyata baik di luar negeri, tempat mereka bekerja maupun di kampung halamannya. Ini tentu akan membawa kesan positif, bahwa menjadi buruh atau pekerja migran Indonesia (PMI) bisa menampilkan seni menjadi MC di kegiatan-kegiatan religi.

Di kesempatan taklim ini, sebagaimana pada kesempatan taklim di tempat lain di MT Sabtu Ceria di Kowloon Park, TST, tidak tertinggal saya sampaikan tentang substabsi silaturahim, thalabul ilmi, dan ibadah.

Mengenai ibadah, diuraikan dalam kesempatan tersebut ada dua jenis ibadah. Yaitu ibadah mahdhah, dalam istilah lain disebut ibadah khusus atau ibadah dalam arti sempit (terbatas), semua perbuatan ibadah yang dibatasi dan ditentukan waktu dan ruang atau tempatnya serta ditertentukan tatacaranya. Misalnya shalat adalah ibadah mahdhah, ditentukan waktunya, misalnya waktu shalat maghrib, dan tempatnya pun ditentukan yaitu tempat yang suci dari najis, serta telah diatur tata cara pelaksanaannya. Tata cara shalat telah diatur sedemikian rupa,  dimulai dengan niat bersamaan dengan takbiratul ihram, dilanjutkan dengan  bacaan-bacaan dan gerakan-gerakah khusus, serta diakhiri dengan ucapan salam, dengan ketentuan suci dari hadats kecil dan hadats besar dan suci dari najis, baik badan maupun tempat shalatnya. 

Demikian pula puasa Ramadhan merupakan ibadah mahdhah, karena waktunya telah ditentukan, dan tata caranya sudah diatur sedemikian rupa. 

Menarik di kesempatan ini ada yang menanyakan masalah shalat dan puasa. Pertanyaan pertama mengenai puasa, apakah bila memandikan anjing membatalkan puasa? Penjelasan dikemukakan pada momen ini bahwa memandikan anjing tidaklah membatalkan puasa, tetapi mengakibatkan terkena najis mughaladah menurut madzhab Syafiiyah, yang berdasarkan madzhab ini wajib disucikan sebanyak tujuh kali, yang salah satunya dicampur dengan debu, bila ini memungkinkan, karena ini yang lebih berhati-hati dan lebih baik untuk menghilangkan kuman atau bakteri ditinjau dari segi higienitas dan kesehatan.

Pertanyaan kedua mengenai shalat, bagaimana shalat bila tidak bisa berdiri dengan sempurna, karena sempitnya tempat di kamar tidur. Dalam kondisi seperti ini shalat dilakukan sesuai dengan kemampuan, meskipun tidak bisa dilakukan dalam keadaan berdiri dengan sempurna. 

Hal ini, sebab di beberapa tempat mereka bekerja di rumah tangga sebagai pembantu rumah tangga, tidak semuanya ada ruangan yang cukup untuk shalat dengan sempurna, karena umumnya di sini, ruangan kecil-kecil dan sempit berada di plat-plat bangunan gedung-gedung bertingkat. Selain itu, masih ada hambatan di sebagian mereka dalam menjalankan ibadah shalat, bahkan ada yang masih dilarang melaksanakan shalat di rumah majikannya.

Selanjutnya mengenai jenis ibadah yang kedua, yaitu ibadah ghairu mahdhah, dalam istilah lain, ibadah 'amm (ibadah umum) atau ibadah dalam arti luas. Yaitu, semua perbuatan baik, dan bermanfaat, yang dimaksudkan untuk mencari ridha Allah SWT, tanpa dibatasi dan ditertentukan waktu dan tempatnya. Misalnya, sedekah, membersihkan tempat dari kotoran, dan bekerja. 

Bekerja di Hong Kong,  misalnya, tentu bisa bernilai ibadah ketika dimaksudkan untuk mencari ridha Allah, merupakan ibadah dalam arti umum (luas). Atas dasar ini, di manapun tempatnya dan kapan pun waktunya kita bisa beribadah dalam arti ibadah umum ini. Tiada hari tanpa ibadah. 

Causeway Bay, Jumat, 23 Ramadhan 1439/8 Juni 2018

Penulis adalah Mubaligh dan Pengurus Lembaga Dakwah PBNU yang ditugaskan Syiar Ramadhan di Hong Kong.