Internasional HAJI 2024

Jamaah Haji; Jadikan Al-Qur'an 'Pelembab Kulit' 

Sen, 27 Mei 2024 | 06:00 WIB

Jamaah Haji; Jadikan Al-Qur'an 'Pelembab Kulit' 

Ilustrasi: Jamaah haji 2024 (Foto: MCH)

Apakah para jamaah haji merasa khawatir setelah menyimak berita meningkatnya suhu bumi? Apakah mereka masygul karena puluhan nyawa meregang di sejumlah negara akibat terjangan gelombang panas? Apakah para tamu Allah cemas setelah tahu suhu di dua Tanah Suci--Madinah dan Makkah, berada di atas rata-rata suhu Tanah Air? Apakah mereka was-was akan akibat sengatan langsung matahari tanah Arab yang bisa membuat kulit meranggas dan melepuh?


Tidak! Mereka tidak mencemaskan rasa khawatir, rasa masygul, dan rasa was-was. Yang mereka cemaskan adalah rasa cemas berlebihan karena cemas tidak dapat berasyik-masyuk dengan Sang Tuan Rumah. Cemas berlebih sering membuat kita jatuh pada rasa takut dan putus asa. Kenapa? Sebab kita cuma sebutir zarah di antara jutaan tamu Sang Raja Diraja. Ingin rasanya berlari kepada-Nya. "Fafirru Ilallah--Maka larilah kalian kepada Allah." Firman itu menderung.

 

Sejujurnya, para jamaah haji datang ke Tanah Haram dengan hati yang telah diharamkan bertahta sifat buruk di dalamnya. Hati yang tiba di Tanah Suci, adalah hati yang bertatahkan kalimat-kalimat suci dari firman suci, sabda suci dan munajat suci para kekasih Tuhan. Sejak janji-janji suci diucapkan dalam alam "alastu"-- alastu birobbikum (Bukankah Aku ini Tuhan kalian? QS. Al A'raf:62). Lalu kita menjawab, "Balaa Syahidnaa--Benar (Engkau Tuhan kami). Kami bersaksi." 

 

Qur'anic Healing 
Ahad, 26 Mei 2024 atau 18 Dzulqa'dah 1445. Jelang apel rutin. Kami berjalan beriring dengan Kepala Daker Makkah Al Mukarramah, KH Khalilurrahman. Di bagian dalam pintu, kami bertemu konsultan ibadah, KH Miftah Faqih. Kiai Khalil--NU tulen dan aseli Betawi, melempar kelakar. "Salut. Konsultan ibadah tahun ini, tusinya berkembang. Kagak soal kaifiyat haji doang tapi juga kesehatan ruhani. Ada quranic healing-nya." Kiai Miftah (ghairu akhyar; pilihan kata dari Kiai Miftah Faqih) melempar tawa.


Kata-kata Kiai Khalil laksana pemantik. Raut wajah Kiai Miftah menyala. Dan ia pun berkisah. Kisah seorang jamaah asal Kenjeran, Surabaya. Disebutkan, seorang jamaah sedang bermasalah kesehatannya. Kiai Miftah menemui dia saat di layanan kesehatan sektor. Ia tidak saja ditunggui tapi ditemani isterinya. Pria itu tampak kurang sabar. Ngomel dan menyalahkan diri. Kiai Miftah menyimak. Marapal ayat. Tidak lama kemudian, ia tampak membungkuk. Apa yang dia bisikkan?

 

Yang jelas, lelaki itu mengangguk. Berkirim pesan suka cita lewat matanya. "Ajunan (Anda) Kiai?" tanya dia. Kiai Miftah tidak mengangguk. Hanya saja, yang dia bisikkan, membuat pasien berdialek khas itu merasa lebih nyaman.

 

"Alhamdulillah, sudah lebbi sae (lebih baikan), Pak Kaeh (Pak Kiai)," kata lelaki itu. MCH bertanya, "Memang apa yang Pak Kiai bisikkan ?" "Saya hanya bilang, peyan suka berlaku kasar sama isteri. Ini Tanah Suci. Belajarlah sabar," katanya. Kami tergelak. Apel pun mulai!


***


Demikian cepat. Ya. Hanya butuh sekian menit, kalimat thayyibah--ayat suci, dzikir, wiridan, munajat Kiai Miftah, membuka tingkap hati lelaki tadi. Lelaki yang sejak di Tanah Air, hatinya mulai berproses menjadi bening dan lembut. Hanya saja, jutaan anak buah setan penggoda Nabi Ibrahim As, Siti Hajar dan Nabi Ismail As berkeliaran di kamar, bilik dan lobi hotel para jamaah. Mereka berjuang keras agar dapat menempati satu ruang di hati jamaah. Setan-setan terus memaksa.
Tapi tidak mudah. Dan tak akan mudah. Setan dan laskarnya akan bertemu dengan kumparan hati yang Tuhan pun suka bertahta di dalamnya. Semesta ini tak pernah kuasa menampung wujud Tuhan, tapi DIA gemar hinggap di sepetak taman hati hamba-Nya. Hati nan bersih dan lembut. Hati Nabi Ibrahim As-- Inna Ibraahima La-awwahun halim (Sunguh Ibrahim berhati lembut dan penyantun--Al-Qur'an). Tuhan telah memahatkan janji. Janji pertolongan bagi pemuja wirid.
Yaitu wirid yang diulang-ulang. Persis firman Tuhan yang menyebut Al-Qur'an  sebagai penawar untuk segala jenis penyakit. 


اَللّٰهُ نَزَّلَ اَحۡسَنَ الۡحَدِيۡثِ كِتٰبًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِىَ ۖ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُوۡدُ الَّذِيۡنَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ‌ۚ ثُمَّ تَلِيۡنُ جُلُوۡدُهُمۡ وَقُلُوۡبُهُمۡ اِلٰى ذِكۡرِ اللّٰهِ‌ ؕ 

 

"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah..." (QS. Az Zumar:23)

 

Tidakkah ayat di atas terang-benderang menjelaskan betapa untuk menjaga kesucian ibadah, mengulang-ulang ayat adalah cara yang sublim. Terlebih ibadah haji, qola Kiai Muhammad Adnan--juga konsultan ibadah di Daker Makkah. Para jamaah bisa menjaga diri dalam kesucian, ujar Kiai Adnan, dengan melakukan dua hal; dzikir alias wirid atau istirahat. Sebab, katanya, lidah yang basah karena mendawam wirid ayat-ayat suci, adalah ibadah yang mulia.

 

Bahwa, kata ayat tadi, hati yang bening dan lembut akan berdampak hingga ke kulit. Kulit menjadi lembab dan halus. Tenang dan tidak meranggas apalagi melepuh. Betapa suhu Madinah dan Makkah yang sering di atas 40 derajat celcius, terbukti tidak membuat jamaah jera apalagi bosan. Kulit mereka lembut selembut hati yang terpapar ayat suci dan kalimat toyyibah lainnya. Orang-orang yang rileks dan tenang, kulitnya akan lembut, wajahnya menjadi cerah. Mampu berkompromi dengan serangan rasa cemas dan rasa takut.


Sebaliknya, orang yang hatinya tegang, akan berimbas keluar, hingga kulit dan wajahnya menjadi tegang dan berkerut. Ia diperangkap rasa cemas dan takut. Dalam kesehatan modern, masyarakat menyiapkan klinik-klinik relaksasi untuk menurunkan kadar ketegangan lewat pemijatan. Tapi Islam bertutur bahwa membaca Al-Qur'an, lebih-lebih di Tanah Haram (mencakup seluruh tanah Makkah), sama dengan melakukan stimulasi berupa resonansi getaran-getaran magnetis pada sistem energi tubuh jamaah haji.

 

***

 

Jadi, masih tidak yakin Al-Qur'an bisa jadi pelembab kulit? Coba tanyakan kepada para jamaah haji. Bahkan mereka tidak mencemaskan rasa cemas. Aduhai !!!

 

Ishaq Zubaedi Raqib --MCH Daker Makkah Al Mukarramah.