Internasional

Ke Maroko, Ketum Pergunu Ceritakan Keberhasilan Konsep Pesantren

NU Online  ·  Sabtu, 27 Oktober 2018 | 19:30 WIB

Ke Maroko, Ketum Pergunu Ceritakan Keberhasilan Konsep Pesantren

Kiai Asep (berbaju putih)

Rabat, NU Online 
Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) KH Asep Saifuddin Chalim melakukan kunjungan resmi ke Kedutaan Indonesia di Rabat, Maroko, Sabtu (27/10). Di KBRI, ia  disambut Sekretaris Duta Besar Indonesia di Maroko, Hanung Nugraha dan Konselor Bidang Politik dan Ekonomi Bagus Hendraning Kobarsyih. 

Dalam perbincangannya, Kiai Asep menyampaikan beberapa kisah perjalanan Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang didirikannya dari masa ke masa hingga sekarang, dari jumlah santri 48  hingga kini lebih dari 8000 orang.

Kiai Asep menuturkan, keberhasilan Amanatul Ummah tak lepas dari beberapa konsep pengembangan di pesantren, di antaranya sistem pembelajaran, sumber daya manusia guru dan pengurus yang andal, hubungan yang baik kepada Sang Pencipta dengan senantiasa berdoa.

Bagus sempat menanyakan tentang hubungan yang baik seperti apa yang dimaksud. Kiai Asep menjelaskan bahwa setiap santri, guru, ustadz dan pengurus untuk selalu menjaga shalat malam.

Kembali Bagus bertanya. Kali ini tentang capaian yang diraih Amanatul Ummah. Kiai Asep menjelaskan, dalam tiga tahun berturut-turut memperoleh penghargaan nasional di antaranya adalah the most favorite of Islamic school in Indonesia (2015), the best tutoring (2016) dan memperoleh penghargaan untuk kategori yang sama dengan 2015 pada tahun 2017.

Sedangkan Hanung sempat menanyakan tentang lulusan Amanatul Ummah yang sudah tersebar ke belasan negara, tidak hanya ke negara-negara Timur Tengah. 

Kiai Asep menuturkan bahwa lulusan pesantren setiap tahunnya selalu diterima jurusan-jurusan favorit di kampus-kampus terkemuka di Indonesia seperti Kedokteran Unair,  Informatika ITS, Perikanan Universitas Brawijaya, Teknik Sipil UNS, Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan banyak lagi.

Sedangkan ke luar negeri, Amanatul Ummah sudah mengirim lulusannya ke Jepang, Australia, Finlandia, Tiongkok, Selandia Baru, Inggris dan sebagainya. Ke  Timur Tengah, alumninya sudah tersebar ke Maroko, Libanon, Mesir, Sudan, dan sebagainya.

Kiai Asep menambahkan santri yang bersekolah ke luar negeri, memiliki syarat, di antaranya shalat minimal 50 rakaat, terdiri dari 17 rakaat shalat wajib, shalat rawatib 14 rakaat, 15 rakaat shalat malam, dan 4 rakaat sholat dhuha.

Kemudian menjaga makanan dengan selalu mengupayakan makanan yang halal selama di luar negeri, cukup ikan dan telur yang sudah terjamin kehalalannya, lebih bagus jika masak sendiri.

Kiai Asep berpesan untuk seluruh para guru dan pengajar di mana pun berada, bahwa guru bertanggung jawab besar dalam mendidik dan juga mengajar murid-muridnya.

"Jadilah guru yang baik, atau tidak sama sekali!" pungkasnya. (FUS/Abdullah Alawi)