Internasional

Kisah Dokter Hammam di Palestina yang Rawat Pasien Korban Israel hingga Akhir Hayat

Kam, 16 November 2023 | 20:30 WIB

Kisah Dokter Hammam di Palestina yang Rawat Pasien Korban Israel hingga Akhir Hayat

Seorang dokter terkenal dari RS Al-Shifa di Gaza, Hammam Alloh merawat pasien korban agresi Israel hingga akhir hayat. Ia tewas akibat serangan udara Israel, pada Sabtu (11/11/2023). (Foto: linkedln)

Jakarta, NU Online

Seorang dokter terkenal dari Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza, Palestina Hammam Alloh (36) yang lantang menyuarakan kondisi darurat kesehatan di Palestina meninggal dalam serangan udara militer Israel di wilayah Gaza Utara pada Sabtu (11/11/2023) lalu. 


Ketika Israel menginstruksikan warga Palestina untuk mengungsi ke wilayah selatan Gaza, pada akhir pekan lalu, Hammam justru memilih untuk tetap tinggal di wilayah Gaza Utara. Ia bersikukuh tak mengungsi agar bisa memberikan perawatan medis kepada ratusan pasien di Rumah Sakit Al-Shifa.


Ia menjalani pelatihan di Yordania selama belasan tahun. Kemudian dokter spesialis ginjal ini kembali ke Gaza dengan harapan bisa mengembangkan program nasional untuk nefrologi. Gelar yang ia raih semasa menempuh sekolah kedokteran didedikasikan untuk merawat warga Gaza. 


“Anda pikir saya bersekolah di sekolah kedokteran dan meraih gelar pascasarjana selama total 14 tahun, saya hanya memikirkan hidup saya dan bukan pasien saya? Dan jika saya pergi, siapa yang merawat pasien saya? Kami bukan binatang, kami berhak menerima perawatan kesehatan yang layak,” katanya dalam wawancara dengan Democracy Now!, dikutip Kamis (16/11/2023).


Dilansir AFP, serangan udara yang menewaskan dokter muda tersebut terjadi di kediaman mertuanya yang menampung dia bersama 25 anggota keluarga lainnya. Rumah tersebut berjarak 10 menit jalan kaki dari Rumah Sakit Al-Shifa. Akibat serangan udara Israel, Hammam tewas meninggalkan seorang istri dan dua anak kecil yang baru berusia 4 dan 5 tahun. 


Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 11.000 warga Palestina terbunuh sejak perang dimulai pada awal Oktober 2023. Dua per tiga dari total korban agresi Israel itu adalah perempuan dan anak di bawah umur. Sebagian besar korban tewas akibat serangan udara Israel.


Dukungan masyarakat global terus berdatangan dari berbagai belahan dunia. Belum lama ini, para petugas kesehatan di London, Inggris melakukan unjuk rasa di depan kantor Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak di London.


Pada video yang beredar luas di media sosial, di dalam aksi tersebut tampak seorang dokter tak kuasa menahan tangis saat membacakan pesan dari Direktur Rumah Sakit Al-Shifa Gaza.


“Kami sebagai staf medis ingin pergi tetapi kami tidak bisa. Kami mungkin tidak akan bertahan sampai pagi,” ucapnya seraya meneteskan air mata.


Dalam pesan tersebut, ia meminta agar komunitas internasional segera mengambil sikap untuk bisa memberikan ruang yang aman bagi para petugas medis untuk memberikan pelayanan kepada pasien korban perang. Ia mendesak agar permintaan ini dapat dijadikan prioritas utama.


“Kita tidak ingin terbunuh di sini hanya karena kami tetap berkomitmen pada pasien dan komitmen sebagai petugas medis kami. Saya meminta bantuan dengan segera tolong lakukan apa pun yang bisa, lewat pemerintah atau Palang Merah Internasional ICRC untuk menyediakan tempat yang aman bagi petugas medis. Tolong jadikan hal ini sebagai prioritas penting,” sambung dia.


Pada aksi tersebut, petugas kesehatan juga menyerukan gencatan senjata di Gaza, Palestina.


“Gencatan senjata! Gencatan senjata!” seru massa.


Sebagai wujud kepedulian bagi warga Palestina, PBNU melalui NU Care-LAZISNU mengajak masyarakat untuk menyalurkan bantuan dana kemanusiaan yang dapat disalurkan via rekening BSI 7015 654 583 a/n PP LAZIS NU Non Zakat atau rekening BCA 0680 1926 77 a/n Yayasan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah NU. Bantuan juga dapat disalurkan melalui tautan https://nucare.id/program/pedulipalestina.