Internasional

Kisah Kerudung Putri NU dan Keluarga Jepang

Jum, 20 Januari 2017 | 10:30 WIB

Kisah Kerudung Putri NU dan Keluarga Jepang

Putri-putri di keluarga Kumiko Nagano, Jepang

Nagano, NU Online
Program Japan East Asia Network of Exchange and Youths (Jenesys) Batch 4 yang dilaksanakan pada 9 sampai 17 Januari 2017 dikhususkan untuk santri, pemuda dan pelajar. Program tersebut untuk memahami kebudayaan Jepang, berbagi gagasan khusus tentang Islam khas Indonesia dan kebudayaan Jepang serta menjalin persahabatan untuk kemajuan dan perdamaian di kedua negara. 

Jepang memilih dua puluh peserta yang terdiri dari santri, pelajar dan pemuda dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Jepang memilih peserta dari dua ormas tersebut karena dinilai mengajarkan Islam ramah dan cinta damai. Adapun perwakilan perempuan muda dan pelajar putri dari Nahdlatul Ulama ialah Eva Rosdiana Dewi, Ana Sabhana Azmy dan Alfina Rahil Ashidiqi. 


Program ini tediri dari berbagai sesi seperti kuliah umum, observasi dan tinggal di keluarga angkat. Sebagai pembekalan tentang Jepang, peserta Jenesys mengikuti kuliah umum Executive Managing Director dari  Strategic International Management Associate (SIMA) Prof. Hideo Kimura.

Professor itu memaparkan tentang sejarah Jepang, Restorasi Meiji, kebudayaan Jepang, agama dan kepercayaan Jepang, ekonomi dan sosial Jepang dan lain sebagainya. Untuk lebih memahami negara itu, peserta diajak meakukan observasi ke berbagai tempat-tempat yang mengandung sejarah, kebudayaan, agama dan sosial masyarakat Jepang. 

Dari pembekalan dan observasi mengenai Jepang, para peserta Jenesys secara berkelompok dengan jumlah peserta yang beragam, 3 peserta sampai 5 peserta, ditempatkan  di rumah keluarga angkat (home stay), daerah Hakuba, Provinsi Nagano pada 13-15 Januari 2017. 

Sesi home stay ini bertujuan mempelajari budaya Jepang, sharing idea khusus tentang Islam khas Indonesia dan kebudayaan Jepang serta menjalin persahabatan untuk kemajuan dan perdamaian Indonesia dan Jepang secara langsung. 

Kami, perempuan muda perwakilan dari Nahdlatul Ulama dikelompokkan pada satu rumah dengan keluarga angkat Ibu Kumiko Nagano yang tinggal beserta adiknya Ibu Hisano Kobayashi dan temannya Megumi Miyazawa. Kumiko Nagano memiliki usaha penginapan di dalam rumahnya yang terdiri dari 10 kamar. 

Selama 3 hari 2 malam, Kimiko Nagano mengganggap kami seperti keluarga sendiri. Hal tersebut tercermin pada waktu makan, keluarga itu selalu meluangkan waktu untuk makan bersama-sama. Selain itu kami juga membantu kegiatan rumah keluarga ibu kimiko seperti mempersiapkan hidangan makan, membereskan peralatan makan setelah makan bersama, membersihkan salju, berbelanja bersama-sama dan lain sebagainya. Jalinan persaudaraan kami pun terbangun semakin erat setiap waktu. 

Saat waktu luang bersama, kami mendalami masyarakat Jepang dari berbagai sisi serta sharing idea tentang Indonesia secara umum dan Islam Indonesia. Awalnya kita ragu untuk memperkenalkan simbol perempuan Islam (kerudung). Karena, secara umum kepercayaan dan agama adalah hal yang privasi dan tak pantas untuk dibicarakan pada masyarakat Jepang. 

Namun, keraguan itu terpatahkan, saat kami bersama, Megumi bertanya tentang kerudung dan model kerudung yang berbeda-beda dari  kerudung yang  kami kenakan. Ia mempertanyakan apakah kerudung dapat dipakai untuk syal?

Kami pun menjawab kerudung dapat difungsikan sebagai syal yang model penggunaanya sesuai dengan keinginan kita baik segitiga, dilipat segi panjang dan dikalungkan dan lain sebagainya. 

Moment tersebut mendorong kami menjelaskan lebih tentang kerudung dengan mengenakan kerudung bersama-sama dengan makna yang berbeda. Bagi kami  kerudung adalah kewajiban perintah agama. Sementara bagi keluarga ibu angkat kami, kerudung adalah syal yang dikenakan di musim dingin untuk menghangatkan badan serta menambahkan style syal baru. 

Selain itu dengan kerudung,  jalinan kekeluargaan kami pun bertambah erat dan tentu kami  bahagia bersama bahkan mengabadikannya dengan pose di halaman rumah Ibu Kimiko yang dipenuhi dengan salju saat musim salju -7 Celcius.

Harapan kami, kebersamaan saat kami mengenakan kerudung ini menjadi pesan kepada masyarakat Jepang khususnya dan dunia pada umumnya, bahwa kami Islam Indonesia adalah Islam yang ramah dan cinta perdamaian serta menjalin persaudaraan dan bersama membangun peradaban manusia dalam perbedaan budaya dan agama. (Alfina Rahil Ashidiqi/Abdullah Alawi)