Internasional MENENGOK GELIAT PCINU HONGKONG (1)

Konsolidasi, Pengajian, dan Pertemuan Rutin

NU Online  ·  Jumat, 21 Juni 2019 | 09:31 WIB

Konsolidasi, Pengajian, dan Pertemuan Rutin

Para PCI Fatayat Hongong Berpose besama saat Harlah Fatayat tahun 2019

Hongkong, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Hongkong bergerak cukup aktif. Kendati jauh dari Jakarta (Kantor PBNU), namun gerakan PCINU Hongkong cukup membanggakan. Geliat organisasi tidak hanya tergambar di  kantor PCI pusat, tapi MWC dan ranting juga hidup dengan kegiatannya sendiri-sendiri. PCINU Hongkong yang beralamat di Flat B 4/F, Jardine’s Bazaar, Causeway, Hongkong itu mempunyai 7 MWCNU dan 53 Ranting NU.

“Kalau di sekretariat PCI, kami adakan pertemuan sebulan sekali, yakni minggu ke-3 (setiap bulan) yang dihadiri seluruh MWC dan Ranting NU. Agendanya yasinan, tahlilan, pengumpulan  iuran syahriyah, dan konsolidasi,” tukas Wakil PCINU Hongkong, Muhammad Ali sebagaimana rilis yang diterima NU Online, Kamis (20/6).

Menurut Ali, selain kegiatan yang dipusatkan di seketariat PCI, masing-masing Ranting dan MWC juga menyelenggarakan kegiatan sendiri, khususnya setiap hari Ahad (di luar Ahad ke-3). Sebab hari Ahad memang hari libur kerja sehingga dimanfaatkan untuk kegiatan NU.

“Pengurus PCI rutin mengisi pengajian di Ranting, MWC dan di tempat lain komunitas TKI (tenaga kerja Indonesia),” ucapnya.

Yang membanggakan, katanya, sejumlah Banon NU juga sudah berdiri dan aktif di Hongkong, yaitu Muslimat, Fatayat dan Pagar Nusa. Banom-Banom tersebut juga mempunyai  Ranting dan PAC (Pengurus Anak Cabang).

“Kalau pas hari besar Islam, kami bersama-sama memperingatinya. Kerbersamaan itu menggembirakan. Rasanya seperti di Indonesia. Sejumlah pengurus PBNU juga  beberapa kali mengunjungi kami, misalnya Kiai Said Aqil, Gus Nabil, dan kemarin Nusron Wahid ,” ucap Ali.

Lelaki asal Madiun itu menyatakan,  NU Hongkong akan terus  menggemakan Islam ala Ahlissunnahwal jamaah (Aswaja), minimal untuk TKI. Sebab TKI juga perlu pembinaan sehingga ketika pulang kampung mereka tetap dengan ciri khasnya, kultur NU. (Aryudi AR).