Internasional

Korupsi di Timur Tengah dan Afrika Utara Meningkat

NU Online  ·  Kamis, 5 Desember 2013 | 03:15 WIB

Jakarta, NU Online
Ini mungkin mengejutkan. Tetapi, menurut Transparency International, tingkat korupsi sektor publik di Timur Tengah dan Afrika Utara menanjak seiring dengan terus berlangsungnya gejolak politik yang mengganggu kestabilan pemerintah dan berdampak pada lembaga pengabdian masyarakat.
<>
Sudan, Libya, dan Irak baru-baru ini dianggap sebagai negara yang lembaga publiknya paling korup di Timur Tengah dan Afrika Utara, demikian Indeks Persepsi Korupsi yang disiarkan oleh Transparency International dan dilansir oleh wall street journal. Berbarengan dengan perang saudara di Suriah, dan menular ke Libanon, serta milisi bersenjata yang mengusik Libya dan Yaman, sektor publik di negara-negara tersebut terganjal aktivitas ilegal serta oknum-oknum yang memanfaatkan jabatannya untuk mengeruk laba.

Indeks Persepsi Korupsi yang berdasar atas data dari lembaga independen yang mengkhususkan diri pada analisis tata kelola pemerintahan dan iklim usaha memberi peringkat negara dengan skor berskala 0 (sangat korup) hingga 100 (sangat bersih).

Suriah, Libya, dan Yaman adalah beberapa negara yang mengalami kejatuhan peringkat terburuk, sementara Uni Emirat Arab, Qatar, dan Israel dipandang memiliki tingkat korupsi lebih rendah pada sektor publik dengan skor di atas 50 di kawasan tersebut.

Sekitar 84% negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara mendapat nilai kurang dari 50, lebih bagus dibandingkan Amerika, Uni Eropa dan Eropa Barat, dan Asia Pasifik. Namun, persentase itu lebih rendah dari dua kawasan lain – Africa Sub-Sahara; dan Eropa Timur serta Asia Tengah, yang sekitar 90% hingga 95% negaranya mencetak peringkat kurang dari 50.

Secara global, Selandia Baru, negara-negara Skandinavia, dan Singapura dinilai memiliki sistem pelayanan publik paling bersih. Sementara itu, Somalia, Afghanistan, Korea Utara, dan Sudan dipandang sebagai yang terkorup. (mukafi niam)