London, NU Online
Seorang anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Inggris Jack Letts menyatakan keinginannya untuk pulang kampung setelah lima tahun bergabung dengan organisasi teroris tersebut. Jack bergabung dengan kelompok ISIS pada 2014 silam dan kemudian menetap di Raqqa, ibu kota de facto ISIS pada saat itu. Selama di wilayah ISIS, Jack menikah dengan seorang gadis asal Irak.
Meski demikian, sebagaimana dalam sebuah wawancara dengan ITV News, seperti dilansir laman The Guardian, Jumat (22/2), laki-laki yang mendapatkan julukan Jihadi Jack itu mengaku kalau keinginannya itu tidak akan bisa terwujud karena otoritas Inggris tidak akan mengizinkannya.
Sebelumnya, pengantin ISIS asal Inggris Shamima Begum (19) juga mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke kampung halamannya dengan alasan ingin membesarkan anaknya ketiga yang baru saja lagi di sana. Ia ingin agar anak ketiganya tumbuh di bawah sistem perawatan kesehatan yang baik. Dua anak Shamima sebelumnya meninggal di kamp kelompok ISIS karena sakit kekurangan gizi.
Keinginan Shamima itu langsung direspons Menteri Dalam Negeri Inggris Sajid Javid. Javid telah mencabut status kewarganegaraan Shamima Begum. Javid memiliki kewenangan untuk mengecualikan siapa saja warga Inggris yang terlibat kegiatan teroris. Alasannya, kehadiran mereka yang terlibat aksi terror di Inggris membuat kepentingan warga lainnya tidak kondusif. Meski demikian, keluarga Shamima masih bisa mengajukan banding atas keputusan tersebut.
“Kita harus mengutamakan keselamatan dan keamanan negara kita,” katanya, dikutip laman BBC, Rabu (20/2).
Kembali ke Jack. Jack sebetulnya memiliki dwi kewarganeraan, bapaknya John Letts dari Kanada sementara ibunya Sally Lane dari Inggris. Akan tetapi, Jack mengaku kalau dirinya adalah Inggris. “Saya merasa Inggris, saya orang Inggris. Jika Inggris menerima saya, saya akan kembali ke Inggris, tetapi saya tidak berpikir itu akan terjadi,” kata Jack.
"Saya merindukan ibuku. Lima tahun aku tidak melihat mamaku, doa tahun aku tidak berbicara dengannya," lanjutnya.
Semula Jack mengaku senang aksi bom bunuh diri dan penembangan massal yang dilakukan ISIS di beberapa tempat seperti di Paris pada November 2015 lalu. Saat itu korban jiwa teror Paris menyebabkan 130 orang meninggal. Sikap nya seperti itu dilandasi karena pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) memborbardir wilayah ISIS yang ditinggalinya dan menyebabkan banyak korban anak-anak.
“Saat itu, saya berpikir serangan itu adalah perbuatan yang bagus,” katanya.
Setelah waktu berlalu, Jack mengaku sadar kalau kekejaman dan kekejian ISIS membuatnya muak dan mengubah sikapnya. Akhirnya, dia mengungkapkan keinginannya untuk pulang ke Inggris. Ia kemudian melarikan diri dari Raqqa. Ketika hendak mencapai wilayah perbatasan Suriah-Turki, Jack ditangkap pasukan Kurdi pada 2017 dan dibawa ke penjara Qamishli. Dia sudah menghabiskan dua tahun di penjara tersebut. (Red: Muchlishon)