Internasional

Mahasiswa Indonesia Bershalawat di China

NU Online  ·  Jumat, 17 Januari 2014 | 15:00 WIB

Nanchang, NU Online
“Ya Nabi salaam alaika… Ya Rasul salaam alaika…,” kalimat tersebut. Mungkin terdengar biasa dari mushala-mushala di Indonesia. Tapi kali ini terdengar dari gedung asrama mahasiswa internasional Nanchang University.
<>
Kalimat tersebut didendangkan puluhan mahasiswa Indonesia yang sedang studi di China dalam memperingati kelahiran Rasulullah SAW. Setiap malam puluhan anggota Asosiasi Mahasiswa Islam Indonesia Nanchang (AMIIN) tersebut, selama 12 hari membaca shalawat barzanji.

Kegiatan tersebut dilakukan bergiliran di asrama anggota yang berbeda-beda. Tujuannya, selain mengumandangkan shalawat, juga mempererat tali silaturahim para anggota.

Organisasi yang baru dibentuk menjelang awal Januari tersebut beranggotakan mahasiswa berasal dari Jawa Tengah, Makassar dan Aceh yang sedang belajar di Nanchang University, Kota Nanchang, Provinsi Jiangxi.

Sebagian dari mereka adalah alumnus beberapa pondok pesantren di daerahnya masing-masing. Saat ini mereka mendapatkan beasiswa belajar S2 diantaranya jurusan IT, Matematika, Jurnalistik dan sebagian pendidikan bahasa Mandarin dari pemerintah China.

“Alhamdulillah, selama 12 hari kami laksanakan di tengah ujian akhir semester berlangsung dan puncak musim dingin. Tapi tidak membuat teman-teman kendur semangatnya. Malah banyak teman-teman rasakan semakin tenang dalam menjalankan aktivitas keseharian selama di sini,” ujar Nurwidiyanto selaku koordinator AMIIN.

Setiap malam, selama satu jam kumandang shalawat mereka baca. Pada malam ke-12 atau Selasa (14/1) digelar khataman maulid. Lalu diskusi meneladani Rasulullah bersama Boihaki dari Aceh, Khoirudin dan Nurwidiyanto yang sama-sama dari Kendal Jawa Tengah.

Diskusi tersebut ditutup dengan makan malam bersama dan saling bertukar makanan yang dimasak sendiri.

Chalik, mahasiswa asal Makassar yang kebetulan baru satu semester tinggal di Nanchang mengatakan sangat berbahagia bisai kut acara tersebut. Menurut dia, selain bisa menambah kecintaan akan Rasul juga merekatkan hubungan diantara satu sama lain.

Di China sendiri dengan minoritas muslim berjumlah sekitar 20 juta orang, sebagian besar menganut madzab Imam Hanafi. Walaupun mereka mengerti shalawat, tapi peringatan maulid nabi tidak sesemarak di Indonesia. (Ahmad SyaifuddinZuhri/Abdullah Alawi)