Internasional

Masjid Amru bin ‘Ash, Masjid Pertama di Benua Afrika

Ahad, 14 Oktober 2018 | 13:00 WIB

Masjid Amru bin ‘Ash, Masjid Pertama di Benua Afrika

Foto: el-thareeq.net

Kairo, NU Online
Masjid Amru bin 'Ash merupakan masjid pertama yang dibangun di Mesir, bahkan di benua Afrika. Ia pertama kali dibangun di kota Kairo pada tahun 641 M atau 21 H. Diceritakan bahwa masjid ini didirikan oleh 80 sahabat Rasulullah, diantaranya Zubair bin Awam, Abu Darda, Al-Miqdad, dan lainnya. 

Mulanya, luas masjid ini hanya 500 meter persegi. Mulanya, masjid ini berdinding batu bata, beratap pelepah pohon kurma, dan bertiang batang pohon kurma. Total pintunya ada enam buah. Namun demikian, dalam sejarahnya masjid yang mendapatkan sebutan Taj al-Jawami ini mengalami beberapa kali perluasan dan pemugaran. Dikutip dari buku Kisah Para Pencari Nikmatnya Shalat, pada tahun 672 atau 53 H Masjid Amru bin ‘Ash mengalami perluasan untuk pertama kalinya di bawah pengawasan Maslamah bin Makhlad, Gubernur Mesir pada saat itu.

Untuk kedua kalinya, Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik melakukan pemugaran dan perluasan masjid ini pada 710 M atau 93 H. Sementara pada tahun 827 M atau 212 H, Masjid Amru bin ‘Ash mengalami perluasan hingga tiga kali lipat dibawah kuasa Abdullah bin Thahir, Gubernus Mesir, pada masa kekhalifahan Abbasiyah. 

Setelah mengalami perluasan yang sangat signifikan, Masjid Amru bin ‘Ash mengalami kebakaran dan terkena gempa. Tepatnya pada tahun 1168 M atau 564 H, wilayah Fusthat terbakar dan menyebabkan masjid ini juga ikut terbakar. Kejadian ini membuat masjid menjadi terbengkalai pada tahun-tahun berikutnya.

Empat tahun setelahnya, 1172 M, penguasa Mesir saat itu Shalahuddin al-Ayyubi memperbaiki struktur masjid. Naasnya, lagi-lagi masjid ini mengalami ‘gangguan.’ Pada 1302 M atau 702 H, Masjid Amru bin ‘Ash terkena gempa. Penguasa setempat kemudian merenovasinya lagi. 

Selanjutnya, pada 1797 M atau 1212 H Masjid Amru bin ‘Ash mengalami pemugaran kembali. Kali ini masjid dilengkapi dengan dua menara yang bertahan hingga hari ini. Kemudian, perbaikan dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan Mesir pada 1997 M atau 1418 H. Kali ini, masjid diperbaiki secara meyeluruh. Tiangnya dikembalikan ke bentuk semula dan diperbanyak. Total ada 450 tiang. Ruangan untuk shalat pun diperluas. Kini, panjang masjid ini mencapai 120 meter, sementara lebarnya 100 meter. 

Arsitek Masjid Amru bin ‘Ash ini sedikit berbeda dengan masjid pada umumnya, khususnya tempat wudhunya. Masjid ini memiliki dua tempat wudhu; untuk jamaah yang mengenakan sandal dan yang menggunakan sepatu.     

Siapa Amru bin ‘Ash?

Amru bin ‘Ash adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang memeluk Islam pada abad ke-8 Hijriyah. Terlepas dari kontroversinya dalam Perang Shiffin, Amru bin ‘Ash merupakan seorang sahabat yang berjasa dalam penyebaran Islam. 

Amru bin ‘Ash pernah dikirim Rasulullah ke wilayah Oman. Ia berhasil mengajak pemimpin di sana memeluk Islam. Pada saat Khalifah Abu Bakar berhasil merebut Yerusalem dari tangan Bizantium, Amru bin ‘Ash dikirim ke Palestina untuk menjadi Amir di sana. 

Puncaknya ketika dia dikirim ke Mesir pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Tepat pada 8 November 641 M atau 1 Muharram 20 H, Amru bin ‘Ash berhasil menaklukkan negeri Kinanah. Ia memproklamirkan Fusthat sebagai ibu kota Mesir pada saat itu. Ia kemudian diangkat menjadi Gubernur Mesir pertama. 

Setelah berhasil menaklukkan Mesir, Amru bin ‘Ash berkeinginan untuk mendirikan sebuah masjid untuk tempat ibadah kaum Muslim pada saat itu. Maka dibangun lah sebuah masjid yang kini disebut Masjid Amru bin ‘Ash tersebut. Sebuah masjid yang menjadi corong dari penyebaran Islam di benua Afrika nantinya.

Masjid Amru bin ‘Ash menjadi masjid tertua di Mesir dan benua Afrika, dan tertua keempat di dunia setelah Masjid Nabawi, Masjid Bashrah, dan Masjid Kufah. Sayang, bangunan awal masjid ini tidak tersisa lagi. (A Muchlishon Rochmat)