Beirut, NU Online
Sebagai kota yang mayoritas penduduknya menganut ajaran Islam Sunni, Ramadhan di Bekaa, Lebanon tampak sangat meriah dengan hadirnya lampu yang berjajar di pinggir jalan. Lampu-lampu yang bersinar terang di malam hari ini hanya terdapat pada Ramadhan, sehingga Kota 'Anjar Bekaa tampak lebih cerah dengan berbagai tradisi lokal untuk mengisi bulan yang bertepatan dengan turunnya Al-Qur’an ini.
Di salah satu sudut kota, tepatnya di Masjid Ali bin Abi Talib, Kota Anjar Provinsi Bekaa, ibadah shalat tarawih menjadi ibadah sunnah yang rutin dilakukan di bulan Ramadhan. Namun ada yang berbeda lantaran imam rutin ibadah shalat tersebut berkewarganegaraan Indonesia.
Adalah Ahmad Adim Ardiyan yang berasal dari Serang Banten dan Muhammad Syakban Hasibuan yang berasal dari Penyabungan Medan Sumatera Utara. Keduanya secara bergilir menjadi imam rutin shalat tarawih dan qiyamul lail di dua masjid di Kota Anjar yaitu Masjid Ali Bin Abi Talib dan Masjid Al Azhar Bekaa.
Kepala Fungsi Penerangan Sosial Budaya (Pensosbud) KBRI Beirut, Imad Yousry tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya. "Kami bangga bahwa mahasiswa Indonesia secara aktif berkontribusi di masyarakat, khususnya pada bulan suci Ramadhan ini,” katanya, Senin (11/5).
Masjid Ali Bin Abi Talib terletak di Jalan Tal’abaya yang dapat menampung sekitar ratusan jamaah. Jamaah masjid ini terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari para ulama, akademisi, remaja, anak bahkan pedagang serta lansia.
Berbeda dengan Mesjid Ali, Masjid Al Azhar Bekaa yang terletak di jalan Majdal ‘Anjar, Bekaa ini memiliki jamaah yang mayoritasnya para mahasiswa karena memang terletak di dalam kompleks Universitas Islam Beirut – Cabang Darul Fatwa, Otoritas Islam Sunni Tertinggi di Lebanon.
Sang imam, Ahmad Adim Ardiyan saat ini sedang mengenyam pendidikan S1 di Fakultas Syariah Universitas Islam Beirut Darul Fatwa, Lebanon. Pemuda kelahiran 1996 yang telah pernah berpasrtisipasi di MTQ tingkat kabupaten serta kota ini merupakan jebolan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
Sedanghkan Muhamad Syakban berasal dari Mandailing Medan itu telah menghafal seluruh ayat al Quran (hafidz) dan merupakan alumni Pesantren Darul Hadist Penyabungan Sumatera Utara. Keduanya memiliki suara yang sangat merdu saat membaca ayat-ayat dalam al-Quran dan memperoleh beasiswa bersama dari Kemenag RI tahun 2017.
Ketika bertindak menjadi imam, masing-masing Adhim dan Syakban selalu mengenakan pakaian khas Indonesia dengan peci hitam dan baju koko.
Duta Besar RI untuk Lebanon KH Achmad Chozin Chumaidy mengatakan sangat bangga lantaran mahasiswa Indonesia dipercaya menjadi imam shalat Tarawih di Lebanon. "Ini menunjukkan kualitas qiroah dan tahfidz al-Qura'an mahasiswa Indonesia diakui oleh ulama Lebanon,” katanya.
"Kalau orang Arab menjadi Imam di Indonesia itu sudah biasa. Tapi bila orang Indonesia manjadi Imam di Lebanon itu menjadi luar biasa,” ungkap Dubes.
Dubes Chozin juga berpesan pada mahasiswa Indonesia untuk belajar terus jangan cepat puas. "Nanti pulang ke Indonesia, menjadi penggerak kebangkitan Islam dan penerus perjuangan ulama dalam menebarkan Islam Ahlussunah wal Jama'ah yang moderat, ramah dan toleran," ungkapnya.
Ketua PCINU Lebanon, Haji Rahmat Ilahi juga menyatakan kebahagiaanya dengan kiprah warga NU yang menjadi imam. “Semoga hal tersebut dapat menggambarkan sedikit dari wajah Islam Indonesia yang rahmatan lil alamin,” harapnya.
Selain menjadi imam di masjid, mereka juga diminta untuk menjadi imam masyarakat Indonesia dan mahasiswa di KBRI saat buka bersama dan tarawih bersama di Kedubes RI Beirut.
Terakhir keduanya menjadi Imam bersama jamaah maghrib dari pasukan perdamaain MTF UNIFIL, KRI Usman Harus 359 di bawah Pimpinan Kol (L) Alan Dahlan. (Rahmat I Siregar/Ibnu Nawawi)