Internasional

Nadia Murad, Bekas Budak Seks ISIS Terima Hadiah Nobel Perdamaian

Sel, 11 Desember 2018 | 06:45 WIB

Oslo, NU Online
Nadia Murad Basee Taha (25), bekas budak seks kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), resmi menerima Hadiah Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia, pada Senin (10/12) waktu setempat. 

Selain Nadia, Denis Mukwege juga mendapatkan penghargaan yang sama. Keduanya sejak lama aktif mengampanyekan dampak dari penggunaan pemerkosaan sebagai senjata perang. Bagi keduanya, penghargaan tersebut merupakan pengakuan atas apa yang telah mereka lakukan.

Di dalam sambutannya, Nadia Murad mengatakan bahwa ada sekitar 6.500 perempuan dari komunitas Yazidi diculik dan diperkosa. Naasnya, mereka juga diperjualbelikan di pasar-pasar ISIS sebagai budak.

Nadia Murad mengaku prihatin karena hal itu masih terjadi pada abad ke-21 atau era globalisasi dan hak asasi manusia. Menurutnya, ada sekitar 3000 perempuan dari Yazidi yang ditangkap ISIS dan keberadaan dan keadaannya tidak diketahui hingga hari ini. 

“Para remaja yang masih belia dijual, dibeli, disekap, dan diperkosa setiap hari. Tak bisa dipahami, bagaimana pemimpin dari 195 negara tidak tergerak untuk membebaskan gadis-gadis ini,” jelas Murad dalam sambutannya saat menerima penghargaan itu, sebagaimana dilansir laman BBC, Selasa (11/12).

Sebagaimana diketahui, Nadia Murad ditangkap ISIS pada 2014 silam. Pada saat itu, ISIS mulai menginvasi wilayah Yazidi di Irak. Laki-laki dewasa Yazidi dibunuh, anak-anaknya dididik menjadi tentara ISIS, dan perempuannya dibawa dan dijadikan budak seks.  

Nadia dan perempuan Yazidi lainnya dibawa ke Mosul, ibu kota ISIS. Di sana, Nadia dan perempuan lainnya yang berhasil ditangkap ISIS diperlakukan seperti ‘binatang.’ Mereka disiksa, diperkosa, bahkan dijual ke sesama anggota ISIS sebagai seorang budak. 

Tidak hanya itu, Nadia yang seorang Yazidi –kelompok minoritas di Irak yang menganut agama kuno- dipaksa untuk berpindah agama. Nadia juga dipaksa menikah dengan salah seorang anggota ISIS, selain menerima banyak perlakuan buruk. 

Setiap harinya, Nadia mengalami penyiksaan. Hingga tiba suatu hari, Nadia tidak kuat menanggung penderitaan yang ada. Akhirnya, ia melarikan diri dari kelompok ISIS. Diberitakan, ia berhasil kabur karena mendapatkan bantuan dari keluarga Muslim di Mosul. (Red: Muchlishon)