Internasional

NU Itu Lentur, Mampu Beradaptasi dengan Peradaban Mana Pun

Jum, 26 Januari 2018 | 10:22 WIB

Pringsewu, NU Online
Suhu dingin sampai 14 derajat celcius di Kairo, Mesir pada Januari ini sangat terasa. Bagi para pendatang seperti dari Indonesia, tentu belum terbiasa dengan kondisi cuaca seperti itu. Namun itu tak jadi penghalang bagi Wakil Rais Syuriyah PWNU Provinsi Lampung KH Khairuddin Tahmid untuk melaksanakan agenda-agenda kunjungan seminggu di negeri piramida itu.

Dengan baju berlapis-lapis ditambah dengan jaket penghangat, sosok Kiai yang sangat aktif ini terus bergerak menghadiri berbagai pertemuan diantaranya menjadi pembicara pada Forum Komunitas Majelis Shalawat Sahah bersama lebih 15 Syekh Al-Azhar, pertemuan dan dialog dengan keluarga besar Ikatan Mahasiswa Lampung (IKMAL), pertemuan dan dialog dengan ahli fatwa Darul Ifta' Syekh Dr. Ahmad Anwar Salaby, pertemuan dan dialog dengan alumni Pondok Pesantren Al-Hikmah Benda Bumiayu Brebes, Jawa Tengah di Mesir dan berbagai agenda pertemuan baik yang sudah terjadwal maupun dadakan.

Ketua MUI Provinsi Lampung ini juga bertemu dan melakukan dialog dengan Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Mesir, Kamis (25/1). Pertemuan yang berlangsung di kediaman Ahmad Musyaddad Kholil, putranya yang sedang menyelesaikan Pendidikan di Universitas Al-Azhar ini, di Darosah Gamaliyah Kairo Mesir. Pertemuan dihadiri para Syuriyah dan A’wan PCINU Mesir.

Mereka yang hadir adalah KH Mukhlashon Jalaluddin, (Rais Syuriyah PCINU Mesir), Faiz Husaini (Katib), Ahmad Ikhwani (Wakil Syuriyah), Murtadlo Bisyri (Wakil Syuriyah), Nova Burhanuddin (A'wan), Muhammad Ihsan (A'wan), dan Ali Irham (A'wan).

Pertemuan yang berlangsung selama sekitar 45 menit tersebut dan diliputi dengan suasana kekeluargaan, santai, tapi serius dengan canda tawa khas Nahdliyin tersebut membicarakan berbagai macam hal di antaranya perkembangan NU di Indonesia dan di berbagai negara, khususnya di kawasan Timur Tengah dan Mesir.

Menurut Kiai Khairuddin, jamaah dan jam’iyyah NU di mana pun sangat fleksible (lentur) dan mampu beradaptasi dengan peradaban, paham, budaya yang sangat berbeda di berbagai penjuru dunia. Fikrah (pikiran) dan manhaj (cara berpikir) NU masih bisa beradaptasi, bersinergi, bahkan bertahan di negara dunia mana pun.

"Ajaran Islam Ahlussunnah wal-Jama’ah ala NU, tidak hanya bisa adaptif dengan beragam corak pemikiran, peradaban dan budaya, tetapi juga mampu mewarnainya dengan sangat elegan. NU ditakdirkan kelahirannya, berikut peran-peran strategisnya tidak hanya untuk kepentingan di Indonesia saja, tetapi untuk dunia. NU fleksibel sebagai jam'iyyah maupun sebagai gerakan keagamaan dan kemasyarakatan," paparnya.

Dalam diskusi tersebut, dosen Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung ini juga berkesempatan menyampaikan perkembangan jam’iyah NU di Provinsi Lampung.
 
"Keberadaan NU Lampung merupakan Jawa Timurnya NU di luar Jawa. Sektor pendidikan khususnya pesantren menempati posisi ketiga terbaik setelah Jatim dan Jateng. Di Lampung juga sudah ada universitas dan perguruan tinggi yang dimiliki NU. Termasuk dalam waktu dekat ini akan memiliki rumah sakit," jelasnya.

Sementara Rais Syuriah PCINU Mesir KH Mukhlashon Jalaluddin memaparkan berbagai macam khidmah jamiyyah PCINU Mesir pada masa kepengurusannya di antaranya terkait kajian-kajian keilmuan berbagai disiplin ilmu untuk memantapkan dan memperdalam pengetahuan keislaman bagi mahasiswa Indonesia yang ada di mesir. 

Berbagai diskusi, halaqah, seminar dan kegiatan-kegiatan ala NU seperti lailatul ijtima', shalawatan, pembacaan Simtud Duror, bahtsul masail, pengajian terus digelar. Di samping itu, PCINU mesir juga aktif ikut serta dalam kegiatan seminar dan kajian ilmiah bertarap internasional. 

PCINU mesir juga intensif bekerja sama dengan berbagai penerbitan untuk menerjemahkan berbagai kitab, menyelenggarakan penelitian dan publikasi, bekerja sama dengan BNPT (Badan Nasional Pencegahan Terorisme) dalam bidang deradikalisasi dan kontra-narasi serta upaya-upaya pencegahannya. Semua itu ditujukan untuk meningkatkan penguatan institusi jam’iyah Nahdlatul Ulama.

"Untuk penguatan komunikasi dan koordinasi, PCINU Mesir akan memiliki kantor NU sendiri. Selama ini masih menyewa. Insyaallah dalam waktu dekat akan punya kantor NU sendiri," kata Kiai Mukhlason.

Pada pertemuan tersebut juga dibicarakan tentang perkembangan berbagai lembaga fatwa di Mesir di antaranya Lembaga Fatwa Darul Ifta', Lembaga Fatwa Al-Azhar dan juga Marsod, Lembaga Pemantau Fatwa-Fatwa yang bermasalah (fatwa syadza) termasuk memantau fatwa-fatwa yand ada di dunia dengan konten-konten fatwa yang menimbulkan keresahan di masyarakat. (Muhammad Faizin/Abdullah Alawi)