Jakarta Utara, NU Online Jakarta
Wakil Rais Syuriyah PCNU Jakarta Utara KH Mukhlis Fadhil menyebutkan ciri-ciri orang alim. Menurutnya, orang alim bukan orang yang sudah pintar lalu berhenti mengaji. Orang alim justru adalah orang yang mengaji sepanjang hayat.
“Seseorang disebut alim jika dia terus mau belajar. Lalu dikatakan bodoh jika dia berhenti belajar. Dan hadirnya kita di sini menghadiri pengajian sebagai proses menuju orang yang alim atau mengerti,” kata Kiai Mukhlis Fadhil dalam pengajian kitab kuning yang diadakan di Kantor Sekretariat PCNU Jakarta Utara, Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara, Selasa (31/5/2022).
Kiai Mukhlis menjelaskan, orang alim akan selalu memperbarui kadar keilmuan dalam dirinya dengan mengaji, diskusi, dan silaturahmi dengan para gurunya. Sedangkan orang bodoh akan bersikap sebaliknya. Merasa cukup dengan ilmu yang telah didapat tanpa mau mencari dengan mengkaji dan bertemu dengan orang-orang alim di sekitarnya.
“Pada malam hari ini kita mengkaji bersama Kitab At-Tibyan karya KH Hasyim Asyari. KH Hasyim sendiri ialah sosok guru yang sanad keilmuan beliau sampai kepada Rasulullah SAW. Karena dalam pandangan warga NU, sanad keilmuan adalah hal penting dalam mencari guru. Guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasul pasti diakui akan kedalaman ilmunya,” kata Kiai Mukhlis.
Pengasuh Pesantren Ash-Sholihin Al-Abror Cilincing ini mengatakan, kitab yang ditulis oleh KH Hasyim Asyari ini berisi tentang pentingnya silaturahmi dan bagusnya mempererat pergaulan dengan para kerabat.
“Isi dari kitab ini sangat cocok untuk kita yang hidup di perkotaan. Mempererat hubungan persaudaraan itu sangat penting. Jangan sampai punya hubungan saudara tapi kayak orang lain, dan hubungan dengan orang lain tapi rasanya kayak saudara. Apalagi kalau ada pemilu, ada saja masalahnya sehingga hubungan silaturahmi menjadi renggang,” kata Kiai Mukhlis.
Kiai Mukhlis menambahkan, sebagai orang yang beriman mari kita jaga hubungan silaturahmi di antara kita dan jangan sampai terpecah belah. Karena tugas kita bersama itu ialah menciptakan kedamaian dan kerukunan di tengah masyarakat.
Tampak hadir dalam acara pengajian kitab kuning tersebut Katib Syuriyah PCNU Jakarta Utara KH Bahroni, KH Miftah, KH Muslim Arifin, KH Yahya At-Tamimi, pengurus MWCNU, Ranting NU, Anak Ranting NU, perwakilan badan otonom dan warga NU se-Jakarta Utara lainnya.
Kontributor: Farhan Maksudi
Editor: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Ini Link Download Logo Hari Santri 2024
2
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
3
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
4
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
5
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
6
Menyoal Kampanye Debat Publik di Pilkada Calon Tunggal
Terkini
Lihat Semua