Kesehatan

Dokter LKNU Ingatkan Jangan Sepelekan Batuk TBC, Ini Gejalanya

Sel, 27 Desember 2022 | 17:30 WIB

Jakarta, NU Online
Dokter Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) dr Syifa Mustika mengingatkan kepada masyarakat agar jangan menyepelekan batuk berkelanjutan disertai dahak, karena bisa jadi hal itu awal dari gejala tubercolusis (TBC).

 

“Kita perlu aware (peduli) terhadap batuk yang berulang, biasanya berlangsung selama dua pekan dan bukan tidak mungkin itu gejala awal penyakit TBC,” kata dr Syifa, kepada NU Online, Selasa (27/12/2022).

 

Dijelaskan, TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi ini umumnya menyerang organ paru-paru. Namun, beberapa kasus TBC juga terjadi pada organ tubuh yang lain.

 

Sementara penularannya, lanjut dr Syifa, penyakit ini ditularkan lewat udara dari pasien TBC ke orang yang ada di sekitarnya, melalui percikan air ludah pasien saat batuk, bicara, atau bersin tanpa menutup mulut dan hidung atau tanpa menggunakan masker.

 

“Seperti Covid-19, penularan TBC dimulai dari droplet (tetesan kecil) yang dikeluarkan oleh penderita TBC ketika batuk, atau berbicara,” jelas dokter spesialis penyakit dalam RS Lavalette, Malang itu.

 

“Sayangnya, perhatian terhadap TBC tidak sebesar perhatian masyarakat terhadap Covid-19. Padahal, TBC tak kalah bahaya dengan Covid-19,” sambung dia.

 

Global Tuberculosis Report 2021 menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan kasus TBC terbanyak di dunia setelah India dan China. Ada sekitar 824 ribu kasus TBC di Indonesia. Namun, hanya sekitar 384 ribu di antaranya yang dilaporkan dan mendapatkan penanganan. Sementara itu, angka kematian akibat TBC di Indonesia mencapai 93 ribu kasus.

 

Bahaya batuk perokok
Kemudian, ia menyinggung batuk-batuk yang kerap menghinggapi para perokok. Menurutnya, batuk perokok cenderung terdengar berbeda dari batuk biasa. Batuk perokok melibatkan suara mengi dan berderak yang terkait dengan dahak di tenggorokan. Batuk perokok juga cenderung basah atau produktif.

 

“Batuk jenis ini menghasilkan lebih banyak lendir dan dahak. Hati-hati, batuk perokok ini bisa menjadi kronis bila seseorang merokok secara rutin (harian). Kondisi ini yang nantinya bisa membuat tenggorokan dan paru-paru menjadi sakit,” imbaunya.

 

Ia juga menyampaikan, sebagian perokok tidak menyadari bahwa batuk yang dideritanya berbahaya, kerap kali mereka mengira bahwa batuk itu merupakan batuk biasa dan ringan.

 

Oleh karena itu, tambah dia, bila batuk perokok tak kunjung membaik (meski telah berhenti merokok), cobalah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

 

“Karena kalau orang normal/sehat itu tidak akan batuk-batuk. Kalau sampai batuk itu berarti ada yang bermasalah. Entah paru-paru atau lainnya,” tegas dr Syifa.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi