Kesehatan

Turunkan Berat Badan Tanpa Sarapan? Ahli Gizi: Tidak Sehat

Sen, 9 Mei 2022 | 16:21 WIB

Turunkan Berat Badan Tanpa Sarapan? Ahli Gizi: Tidak Sehat

Turunkan Berat Badan Tanpa Sarapan? Ahli Gizi: Tidak Sehat

Jakarta, NU Online
Tak sedikit orang yang mengalami kenaikan berat badan usai perayaan Idul Fitri. Hal ini lantaran lebaran sangat lekat dengan beragam menu bersantan seperti ketupat opor ayam, rendang, serta gulai. Sejumlah hidangan tersebut umumnya tinggi kalori, kolesterol, gula, dan garam.


Kenaikan berat badan usai lebaran tentu bukanlah hal yang bisa dibiarkan. Selain membahayakan kesehatan, penambahan berat badan yang terlalu cepat bisa memengaruhi indeks massa tubuh (IMT). Tak jarang kemudian orang melakukan diet untuk mengembalikan berat badan ideal kembali.


Soal diet ini, Pengurus Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), Fahmy Arif Tsani mengungkapkan salah satu kiat menurunkan berat badan dengan sehat adalah dengan tidak melewatkan sarapan.


“Jangan sampai kita mau menurunkan berat badan tapi skip sarapan. Itu tidak sehat,” katanya saat dihubungi NU Online pada Senin (9/5/2022).


Melewatkan makan pagi, sambung Fahmy, membuat seseorang kurang bertenaga dalam menjalani aktivitas. Ia menambahkan, kebiasaan melewatkan sarapan itu justru dapat menghalangi proses penurunan berat badan yang sedang dilakukan.


Buruknya, hal tersebut cenderung membuat seseorang merapel atau menggabungkan porsi makan pagi ke dalam porsi makan siang.


“Karena tubuh itu butuh energi apalagi di pagi hari untuk berkegiatan. Melewatkan sarapan justru menjadi kontraproduktif terhadap upaya penurunan berat badan itu sendiri,” bebernya.


Aktivitas merapel itu, tambah Fahmy, dapat membuat kalori dalam bentuk lemak pada tubuh tertimbun dengan lebih mudah. Alih-alih terjadi penurunan, seseorang justru akan lebih mudah mengalami kenaikan berat badan. Hal ini mesti dihindari.


“Apabila itu menjadi kebiasaan, justru ketika makan siang porsinya akan banyak dan berpotensi terjadi penimbunan kalori dalam tubuh lebih mudah. Tidak boleh skip sarapan,” papar pria yang juga dosen di Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro tersebut.


Selain tidak melewatkan sarapan, Fahmy menyarankan untuk mengatur jam makan malam. Katanya, makan malam yang baik adalah yang dilakukan tidak melebihi pukul 8 malam.


“Selain tidak skip sarapan, makan malam jangan terlalu larut. Makan malam biasanya jam 7 atau maksimal jam 8 sehingga ada aktivitas setelah makan dan sebelum tidur,” ungkapnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin