Lingkungan

BRG dan Pesantren Al-Mutaqien Riau Edukasi Pengelolaan Gambut tanpa Bakar

Ahad, 6 Desember 2020 | 07:50 WIB

BRG dan Pesantren Al-Mutaqien Riau Edukasi Pengelolaan Gambut tanpa Bakar

Para peserta diberikan pengetahuan bagaimana mengembangkan pertanian di lahan gambut agar menghasilkan tetapi tidak merusak lingkungan. (Foto: BRG)

Riau, NU Online
Badan Restorasi Gambut (BRG) RI bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melakukan sosialisasi sekaligus Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) bagi santri dan warga di Pesantren Al-Mutaqien, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Jumat-Ahad, 4-6 Desember 2020.

 

Pada kesempatan tersebut, BRG meminta kepada santri dan masyarakat untuk mengelola lahan gambut tanpa membakar. Menurut BRG, mengembangkan pertanian di lahan gambut bisa dengan cara alami, tidak harus dibakar. Namun, katanya, dibutuhkan keterampilan khusus dari para petaninya seperti kemampuan meracik pupuk alami untuk pengembangan pertanian di lahan gambut tersebut. 

 

Kepala Kelompok Kerja Edukasi Sosialisasi BRG RI, Suwignya Utama, mengatakan, sosialisasi kali ini tidak hanya sekedar memberikan imbauan. Tetapi para santri dan sejumlah warga sekitar pesantren dilatih meracik pupuk alami untuk pertanian gambut. 

 

Tidak hanya itu, lanjutnya, peserta pun diberikan pengetahuan bagaimana mengembangkan pertanian di lahan gambut agar pertaniannya menghasilkan tetapi tidak merusak lingkungan. 

 

"Pada kegiatan kali ini memang selain sosialisasi ada praktik, ini salah satu cara kami mencoba memberikan solusi kepada petani kita," kata Suwigya utama saat memberikan sambutan di hadapan santri dan warga. 

 

Ia menegaskan, pesantren-pesantren di Riau rata-rata memiliki lahan gambut yang sangat luas. Mereka sudah sangat akrab dengan ekosistem gambut. Karena itu, BRG meyakini apa yang dilakukan saat ini dapat ditindak lanjuti dengan baik.  


"Tapi kami mohon maaf di Riau baru satu pesantren yang dapat kami gandeng untuk SLPG ini. Tahun ini ada dua pesantren. Satu di sini satu lagi di Kubu Raya Kalbar," tuturnya. 

 

Alasan memilih santri dan pesantren menjadi mitra di kegiatan sosialisasi dan pelatihan pengelolaan lahan tanpa bakar karena orang tua santri rata-rata adalah petani produktif. Para santri dapat kembali mensosialisasikan hal ini kepada orang tuanya maupun kepada masyarakat langsung. 

 

"Sekali lagi terkait kegiatan kita kali ini semata bahwa BRG diberikan amanah untuk melindungi memulihkan fungsi gambut kita yang mengalami perubahan. Untuk memulihkannya tentu tidak sendiri, butuh banyak pihak salah satunya adalah pesantren," ujarnya.

 

Sementara itu, Wakil Sekretaris LPP PBNU Miftahuddin menegaskan, pertanian gambut perlu mendapatkan respons dari seluruh pihak. Warga NU yang hidup di kawasan gambut, rata-rata adalah petani. Menurutnya, harus ada kemauan untuk merubah kebiasaan bertani yang tidak ramah kepada gambut kepada pengelolaan yang ekologis. 

 

Namun, kata Miftahuddin, untuk mendukung hal itu dibutuhkan perangkat yang menunjang seperti memaksimalkan peran teknologi tepat guna bagi pertanian gambut. petani yang mengelola lahan gambut di Pulau Kalimatan, Sumatera, dan Papua sudah seharusnya memerhatikan perkembangan teknologi tersebut. 

 

Tujuannya, agar pemulihan ekosistem gambut tidak hanya berhasil mengembalikan fungsi hidrologisnya tetapi mengarah kepada tidak terdampaknya budaya dan sosial masyarakat sekitar.   

"Sudah saatnya masyarakat menggunakan teknologi tepat guna untuk mengembangkan pertanian kita," kata dia. 

 

Selanjutnya, peran Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam pertanian masa depan tentu sangatlah besar. Kata Miftah, hal ini dapat menjadi perhatian utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk yang berjumlah besar di Indonesia. 

 

Hadir pada kegiatan pembukaan ini Pengurus Pesantren Al-Mutaqien H Muhammad Winto, Ketua Himpunan Alumni Pondok Pesantren Riau, M Thohir, dan ratusan santri dan warga sebagai peserta pelatihan.

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan