Nasional

3 Dalil Hadits Puasa Sunnah Bulan Rajab

Jum, 12 Januari 2024 | 17:00 WIB

3 Dalil Hadits Puasa Sunnah Bulan Rajab

Ilustrasi bulan Rajab. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Umat Islam di Indonesia tak lama lagi akan memasuki bulan Rajab 1445 H. Jika menilik data hilal yang dirilis Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), hampir bisa dipastikan Rajab 1445 H akan dimulai pada Jumat (12/1/2024) malam ini. Hal ini mengingat ketinggian hilal sudah memenuhi kriteria imkanurrukyah dan qath'iyyurrukyah.


Sebagaimana diketahui, data hilal akhir Jumadal Akhirah 1445 H atau bertepatan dengan Jumat, 12 Januari 2024 adalah 11 derajat 59 menit 00 detik dengan elongasi 14 derajat 10 menit 00 detik dan lama hilal di atas ufuk 2655 menit 48 detik. Sementara ijtima (konjungsi) terjadi pada Kamis Pahing 11 Januari 2024 M pukul 18:58:33 WIB.


Hal ini berdasarkan markaz Jakarta Gedung PBNU Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat (koordinat 6º 11' 25" LS 106º 50' 50" BT). Penghitungan ini dilakukan dengan metode falak (hisab) tahqiqi tadqiki ashri kontemporer khas Nahdlatul Ulama.


Sementara itu, letak Matahari terbenam berada pada posisi 21 derajat 58 menit 17 detik selatan titik barat, sedangkan letak hilal pada posisi 22 derajat 56 menit 56 detik selatan titik barat. Kedudukan hilal berada pada 0º 58' 40" selatan Matahari dengan keadaannya miring ke selatan.


Di bulan Rajab, umat Islam dianjurkan untuk banyak melaksanakan puasa. Hal ini disunnahkan oleh Nabi Muhammad saw sebagaimana disampaikan melalui hadis-hadisnya, bahwa puasa paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan haram. Sementara Rajab adalah satu di antara empat bulan haram, selain Muharram, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah.


1. Kisah al-Bahili


عَنْ مُجِيبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ الله أَمَا تَعْرِفُنِي قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيُّ الَّذِي جِئْتُكَ عَامَ الْأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلَّا بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِي فَإِنَّ بِي قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِي قَالَ صُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِي قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلَاثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا


Artinya, "Dari Mujibah al-Bahiliyyah, dari bapaknya atau pamannya, bahwa ia mendatangi Nabi. Kemudian ia kembali lagi menemui Nabi satu tahun berikutnya sedangkan kondisi tubuhnya sudah berubah (lemah/kurus). Ia berkata, 'Ya Rasul, apakah engkau mengenaliku?' Rasul menjawab, 'siapakah engkau?' Ia menjawab, 'Aku al-Bahili yang datang kepadamu pada satu tahun yang silam.' Nabi menjawab, 'Apa yang membuat fisikmu berubah padahal dulu fisikmu bagus (segar).' Ia menjawab, 'Aku tidak makan kecuali di malam hari sejak berpisah denganmu.' Nabi berkata, 'Mengapa engkau menyiksa dirimu sendiri? Berpuasalah di bulan sabar (Ramadhan) dan satu hari di setiap bulannya.' Al-Bahili berkata, 'Mohon ditambahkan lagi ya Rasul, sesungguhnya aku masih kuat (berpuasa).' Nabi menjawab, 'Berpuasalah dua hari.' Ia berkata, 'Mohon ditambahkan lagi ya Rasul.' Nabi menjawab, 'Berpuasalah tiga hari.' Ia berkata, 'Mohon ditambahkan lagi ya Rasul.' Nabi menjawab, 'Berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah.' Nabi mengatakan demikian seraya berisyarat dengan ketiga jarinya, beliau mengumpulkan kemudian melepaskannya." (HR. Abu Daud).


Syekh Abu al-Thayyib Syams al-Haq al-Adhim menyampaikan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas itu sembari berisyarat dengan ketiga jarinya, mengumpulkan dan memisahkan ketiga jarinya itu. Hal tersebut diartikannya sebagai anjuran bagi al-Bahili berpuasa tiga hari dan berbuka tiga hari lagi. Hal tersebut sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan berjudul Hukum Puasa Sebulan Penuh di Bulan Rajab.


2. Anjuran puasa di bulan haram


   صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ  

 

Artinya: "Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah!" (HR Abu Dawud dan yang lainnya).


Hadis di atas merupakan anjuran untuk melakukan sekaligus meninggalkan puasa. Maksudnya adalah berpuasa semampunya saja. Hadis tersebut dikutip Sayyid Abu Bakar Syattha', I'ânah at-Thâlibîn, (juz 1, h. 307) sebagaimana dilansir NU Online.


3. Sehari setara dengan sebulan


مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنْ أَشْهُرِ اللّٰهِ الْحُرُمِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا  


Artinya, "Barang siapa yang berpuasa satu hari pada bulan-bulan yang dimuliakan (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), maka ia akan mendapat pahala puasa 30 hari."


Imam Fakhruddin al-Razi mengutip hadits tersebut dalam kitabnya yang berjudul Mafatih al-Ghaib (juz 16, h.54), sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan berjudul Panduan Puasa Rajab: Ketentuan, Niat, dan Keutamaannya.