Nasional

30 Santri 30 Provinsi Terpilih Ikuti Karya Tulis Ilmiah Santri Puslitbang Kemenag

NU Online  ·  Jumat, 18 November 2016 | 05:05 WIB

Depok, NU Online
Kegiatan pengembangan Karya Tulis Ilmiah Santri (KTIS) Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang dan Diklat Kemenag kembali digelar di Hotel Bumi Wiyata Depok selama sepekan, Selasa-Sabtu, 14-19 November 2016. Pesertanya berjumlah 30 santri dari 30 pesantren perwakilan masing-masing provinsi di Indonesia.

Kepala Puslitbang Penda Hamdar Arraiyyah mengatakan, agar para santri membangun mimpi bahwa mereka mampu menulis. Pasalnya, banyak sarjana Muslim yang telah menulis ratusan jilid kitab kuning ribuan tahun silam. Mereka patut dijadikan teladan atas karya-karyanya yang masih dibaca para santri hingga hari ini.

“Mari kita kuatkan tekat menjadi penulis. Insya Allah bisa. Kita orang pesantren. Ingat ungkapan, man jadda wajad (siapa serius bakal sukses-red). Kalau kita serius jadi penulis, kita pasti bisa jadi penulis,” tandas pria berkumis ini.

Hamdar mengakui, bahwa menjadi seorang penulis tidak bisa seketika. Harus sabar dalam berlatih dan mencari inspirasi. Selain itu, perlu diperkaya dengan ragam bacaan. “Jadi, kalau ingin jadi penulis harus rajin baca. Ini sesuai dengan ajaran di Al-Quran Surat Al-Alaq,” tegasnya.

Pria asal Makassar ini membuat perumpamaan, dalam menulis itu ada wadah, ada pula isi. “Kemampuan menulis itu wadahnya, sementara tulisan itu isinya. Kalau orang bisa menulis tapi pengetahuannya tidak ada, apa yang mau ditulis,” sergahnya.

Kepala Bidang Litbang Pendidikan Nonformal/Informal Muhamad Murtadlo mengatakan, kegiatan KTIS diawali kunjungan ke delapan pesantren untuk menjaring santri yang memiliki kemampuan menulis ilmiah. Hal ini dilakukan lantaran keterbatasan dana yang tidak memungkinkan untuk menjaring seluruh pesantren di 34 provinsi.

“Selebihnya, ditunjuk atas rekomendasi pimpinan pesantren dan tokoh masyarakat. Jadi, ada dua kategori peserta. Yakni, 8 orang hasil seleksi dan 26 orang hasil penunjukan langsung. Untuk pesantren yang dikunjungi, disiapkan 3 orang lalu dipilih 1 orang melalui karya tulis yang dihasilkan. Jadi, semua berjumlah 30 santri. Mestinya 34. Sayangnya ada 4 provinsi tidak hadir,” ungkap Murtadlo.

Delapan pesantren yang dijadikan sampel adalah Pesantren Syamsul Ulum, Sukabumi, Jawa Barat; Pesantren Raudlatul Ulum, Pati,; Pesantren Al-Amanah, Sidoarjo; Pesantren Krapyak Ali Maksum, Yogyakarta; Pesantren Anwarul Hidayah, Pandeglang; Pesantren Yasrib, Soppeng, Sulawesi Selatan; Pesantren Al-Ittifaqiyah, Ogan Ilir, Sumatera Selatan; dan Pesantren Hidayatullah, Kupang, NTT.

Koordinator kegiatan Hj Munawiroh Asrori mengatakan, agenda tahunan ini mengusung tema “Peran santri dalam Menghadapi Tantangan Generasi Muda melalui Karya Tulis.” Sejumlah materi diberikan kepada santri pilihan. Narasumber datang dari kalangan akademisi dan praktisi media cetak nasional.

Isu yang diangkat dalam diskusi ini adalah Ragam Penulisan Karya Ilmiah (Khamami Zada, dosen UIN Jakarta), Teknik Menulis Laporan/Reportase (Nasih Nasrullah, redaktur Republika), Teknik Penyusunan Paragraf (Nety Karnati, dosen UNJ), Konsep dan Ragam Tulisan Jurnalistik (Asrori S Karni, redaktur Gatra), novelis Helvy Tiana Rosa, serta penulis artikel lepas harian Pelita dan Pikiran Rakyat.

Para peserta diterjunkan ke lapangan sembari praktik menulis. Ada dua tempat yang dituju, yakni Masjid At-Tin Jakarta dan Taman Mini Indonesia Indah. “Setelah itu, mereka diminta mempresentasikan hasil liputan lapangan sambil diskusi rumusan hasil dan tindak lanjut,” pungkas Munawiroh. (Musthofa Asrori/Alhafiz K)