Nasional LSN 2019

30 Santri Terjaring Pemandu Bakat Sepak Bola Profesional

Kam, 7 November 2019 | 14:15 WIB

30 Santri Terjaring Pemandu Bakat Sepak Bola Profesional

Ilustrasi: NU Online

Bogor, NU Online
Puluhan santri dari berbagai pesantren terjaring pemandu bakat sepak bola profesional yang disebar panitia di tiap pertandingan seri nasional yang berlangsung empat stadion Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dari Senin (4/11) hingga Jumat (8/11). 

“Banyak talenta yang bagus. Kami memantau ada 30 santri yang bisa jadi pemain profesional," ungkap salah seorang pemandu bakat, Mika Swardika, saat memantau pertandingan antara kesebelasan Pondok Pesantren Nur Iman FC dari Region Daerah Istimewa Yogyakarta melawan kesebelasan Pondok Pesantren Fathun Nawi dari Region Jawa Barat III di Stadion PHB Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/11). 

Menurut Mika, para santri yang berbakat itu memiliki, pertama, skil individu yang bagus, misalnya dalam penguasaan dan memberikan umpan. Kedua, memiliki visi permainan. Misalnya  operan bola terarah dan memiliki naluri kerja sama tim. Ketiga, memiliki kekuatan fisik, misalnya mampu bertahan dengan stamina yang bagus selama permainan. Keempat, postur tubuh ideal dan menunjang. 

"Komponen dasar itu yang dianggap layak untuk dilatih intensif menjadi pemain profesional," ujar pemain sepak bola Persija Jakarta era perserikatan, pada tahun 1980-an. 

Sejak hari pertama di seri nasional, kata Mika, di setiap pertandingan, ada tim pemandu bakat. Ternyata temuan masing-masing tidak jauh beda, yaitu kepada 30 santri itu.

"Pilihannya hampir sama. Kami ada enam orang. Ternyata sama pilihannya," katanya lahi. 

Namun, ia tak menyebutkan nama dan asal pesantren. Hanya saja dia menyebutkan, para pemain yang layak dilatih intensif itu masih didominasi dari pesantren-pesantren di pulau Jawa. 

Ia mengaku salut karena secara keseluruhan, kemampuan sepak bola para santri tak berbeda jauh dengan kemampuan pemain sepak bola di usia yang sama di kompetisi yang dibina Kementerian Olah Raga Republik Indonesia, yakni usia 17 tahun. Padahal para santri tidak dilatih secara profesional.

"Saya rasa harapannya besar untuk jadi pemain profesional. Contoh dulu ada Rafly Mursalim, kini sudah jadi pemain nasional di U 23. Mudah-mudahan muncul Rafly-Rafly lain," harapnya. 

Ia juga memberikan catatan, secara keseluruhan kesebelasan-kesebelasan ssantri memiliki kelemahan yang perlu diperbaiki, yaitu mengorganisasi permainan. Teknik sepak bola  individu memang perlu, tapi kerja sama tim juga sangat diperlukan.

"Harus latihan yang cukup panjang untuk menghadapi sebuah kompetisi," katanya. 

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Liga Santri Nusantara selalu mengirimkan pemandu bakat dari pemain-pemain senior sepak bola nasional. Pada tahun-tahun sebelumnya ada Robby Darwis dari Persib Bandung dan Nur Alim dari Persija Jakarta. Tahun ini, ada mantan pesepak bola nasional dan mantan pemain Persija Jakarta, Maman Suryaman. 
 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan