Nasional RISET DIKTIS

Penerapan 'Participatory Action Research' pada Komunitas Rebana Salaf Temanggung

Sel, 12 November 2019 | 13:45 WIB

Penerapan 'Participatory Action Research' pada Komunitas Rebana Salaf Temanggung

Buku yang mengupas seni rebana Temanggung (Foto: STAINU Temanggung)

Upaya pembinaan untuk memajukan Komunitas Rebana Salaf Khairun Nisa Temanggung, Jawa Tengah dilakukan melalui beberapa tahap. Pembinaan sendiri menggunakan model pengabdian berbasis Participatory Action Research (PAR).  
 
Hal itu terungkap dalam laporan penelitian berjudul Peningkatan Kualitas Seni Rebana dalam Komunitas Rebana Salaf Kecamatan Tembarak Temanggung. Penelitian dilakukan oleh Dr Muh Baehaqi dan Eko Sariyekti, M.Si, keduanya dosen Jurusan Syariah STAINU Temanggung. Penelitian mendapat dukungan bantuan dari Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018.
 
Para peneliti menyebutkan metode PAR merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung, di mana pengalaman mereka sendiri sebagai persoalan, dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik.
 
Adapun tahap-tahap untuk melaksanakan peningkatan kualitas rebana komunitas ini dilakukan secara berkala melalui strategi yaitu Focus Group Discusion (FGD) bersama tim pengabdi sebagai langkah pemetaan awal, Sosialisasi bekerjasama dengan Komunitas Khairun Nisa, FGD bersama seluruh anggota komunitas, workshop rebana sebagai sarana pelatihan peningkatan kualitas vokal dan ketukan, evaluasi Workshop dan FGD persiapan Gebyar Rebana, pelaksanaan Gebyar Rebana,  evaluasi Gebyar, dan pendampingan.
Diungkapkan bahwa Komunitas Rebana Salaf Khairun Nisa merupakan satu komunitas yang ada di Kecamatan Tembarak. Meskipun kualitasnya belum bagus, tetapi semangat komunitas tersebut sangat luar biasa. Untuk vokalnya, mereka belum pernah mendapatkan pelatihan khusus, yang penting menirukan lagu yang sudah ada. Untuk penabuhnya juga demikian, masih di bawah satandar. Rumus dasar ketukan yang dikuasiai masih sangat terbatas. Mekipun sudah mendatangkan pelatih, tapi masih harus ditingkatkan lagi. 

Adapun kondisi subyek dampingan secara lebih rinci adalah belum adanya pelatihan secara khusus bagi komunitas tersebut, yakni pelatihan tentang vokal dan pelatihan tentang ketukan; adanya keinginan yang sama bagi anggota komunitas untuk meningkatkan jumlah anggota komunitas; dan belum adanya pertemuan rutin yang dilakukan oleh anggota komunitas. Pertemuan biasa diadakan ketika akan ada gebyar saja yang notabene belum rutin dilakukan.
 
Laporan penelitian juga mengungkapkan, Ketua Tim bersama anggota pengabdian mererencanakan bagaimana konsep yang tepat dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas Komunitas Rebana Khairun Nisa ini. Dalam tahap perencanaan, Ketua beserta anggota juga menjalin komunikasi dengan Ketua Komunitas melalui FGD (Forum Group Discussion). Tim Pengabdi bersama-sama dengan Ketua dan perwakilan komunitas menyaring informasi-informasi kendala yang sering dihadapi oleh Komunitas. Dari situ muncul suatu konsep dan juga alternatif solusi dari program yang akan dilaksanakan. 
 
Setelah terbentuk sebuah konsep yang tepat, Tim dibantu Ketua Komunitas melakukan sosialisasi kepada seluruh anggota komunitas. Selain itu, dalam sosialisasi tersebut ada usulan bahwa komunitas ini akan mengembangkan wilayah keanggotaannya, tidak hanya di Kecamatan Tembarak tetapi untuk seluruh Kecamatan di Kabupaten Temanggung yang memiliki grup salaf perempuan. 
 
Setelah dilakukan sosialisasi dan pengembangan, Komunitas Rebana Khairun Nisa kini tidak lagi sebagai komunitas rebana di Kecamatan Tembarak, tetapi Komunitas Rebana Salaf dalam lingkup Kabupaten Temanggung. Komunitas mendapatkan jumlah anggota baru, dari yang semula tujuh grup menjadi 17 grup. Dari 17 grup tersebut, masing-masing ketua dan wakilnya diundang untuk melakukan FGD bersama untuk persiapan workshop Rebana. Dalam FGD tersebut dihasilkan sebuah keputusan pelaksanaan workshop Rebana pada hari Ahad, 14 Oktober 2018 di Aula STAINU Temanggung. Untuk mempermudah koordinasi, Tim membuat grup tersendiri yang beranggotakan perwakilan dari semua grup yang ada dalam satu komunitas. 
 
Workshop dibagi menjadi beberapa sesi, yakni sesi pendalaman vokal, pendalaman ketukan, dan penyelarsan masing-masing grup. Untuk pendalaman vokal, vokal dari masing-masing grup dikumpulkan dalam satu ruangan tersendiri untuk diberikan materi entang kevokalan. Untuk penabuh, tetap di aula untuk mendapatkan pembekalan tentang ketukan. Di sana sudah ada pemateri dan pakar penabuh yang siap memandu. Dalam sesi ini, masing-masing grup dibagi menjadi lima kelompok. Empat kelompok terdiri dari terbang dan satu kelompok untuk bass.
 
Setelah dilakukan pembinaan secara maksimal, peserta kembali ke grup masing-masing untuk menyelaraskan antara vokal dan ketukan. Di akhir acara workshop, ada penampilan dari maisng-masing grup untuk melihat sejauh mana perkembangan dari apa yang sudah diajarkan. Selain itu, dalam workshop rebana ini juga sudah ditandatangani Deklarasi Komunitas dengan formasi anggota yang baru, yakni Komunitas Rebana Salaf Khairun Nisa Kabupaten Temanggung.
 
Formasi ini mengalami perubahan nama, yang semula Komunitas Rebana Kecamatan Tembarak menjadi Komunitas Rebana Kabupaten Temanggung. Hal itu dilakukan dengan pertimbangan bahw komunitas ini sekarang sudah mempunyai anggota dari berbagai kecamatan di Kabupaten Temangggung, yakni Kecamatan Tembarak, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Kandangan, Kecamatan Pringsurat, Kecamatan Gemawang, Kecamatan Kedu, dan Kecamatan Kranggan.
 
Untuk menjaga konsistensi masing-masing grup, dalam komunitas dengan formasi baru ini, telah disepakati pengadaan Gebyar Rebana setiap dua bulan sekali. Disepakati juga dalam workshop rebana bahwa pengadaan gebyar diselenggarakan di Dusun Mantenan pada hari Jumat tanggal 2 November 2018. Peserta yang hadir adalah seluruh anggota Komunitas Rebana Salaf Khairun-Nisa Kabupaten Temanggung. Acara dibuka oleh Bupati Temanggung terpilih dan dihadiri oleh Kapolres Temanggung, Ketua STAINU Temanggung beserta jajarannya, Kepala Desa Greges dan perangkatnya, kalangan alim ulama yang ada di daerah setempat. 
 
Dalam gebyar tersebut terlihat peningkatan yang signifikan pada masing-masing grup. Akan tetapi masih ada beberapa kendala yang masih harus diperbaiki dalam gebyar selanjutnya. 
 
Adanya Gebyar rebana ini menimbulakn ghirah (semangat) masyarakat untuk menghidupkan seni islami masing-masing grup. Setelah diadakan Gebyar Rebana melalui Komunitas Rebana Salaf khairun Nisa Kabupaten Temangggung, antusias ibu-ibu anggota komunitas sangat besar untuk terus mengembangkan kemampuan dalam rebana, baik kualitas vokal maupun ketukan. Terbukti tidak hanya ibu-ibu yang hadir, akan tetapi para suami juga turut membantu terlaksananya kegiatan ini. Keterlibatan masyarakat setempat juga sangat membantu dalam terlaksanaya kegiatan tersebut. 
 
Dalam kegiatan tersebut, dari pihak masyarakat yang membantu pelaksanaan kegiatan banyak memberikan masukan dan saran agar kegiatan berikutnya dapat berjalan lebih baik lagi. Kegiatan Gebyar Rebana tersebut masuk dalam liputan TV Temanggung dan Radio Santika. Untuk kegiatan selanjutnya, akan rutin diadakan gebyar sebagaimana kesepakatan dalam komunitas.
 
 
Penulis: Kendi Setiawan
Editor: Kendi Setiawan