Jakarta, NU Online
Ketua PBNU, KH Abdul Manan Abdul Ghani mengungkapkan, pada saat negara-negara Timur Tengah mengagumi cara beragama dan berbangsa seperti yang dilakukan Indonesia, justru ada bagian dari bangsa Indonesia yang ingin menerapkan cara beragama dan berbangsa yang dilakukan negara di Timur Tengah. Padahal, negara-negara Timur Tengah terjebak pada konflik yang menahun, tanpa jelas jalan perdamaiannya.
"Negara seperti Libiya, Afganistan, terjadi perang 40 tahun. Mereka meminta kepada NU membantu untuk mendamaikan," kata Kiai Manan pada tausiyah menjelang berbuka dan santunan yatim di Masjid Raya Hasyim Asy'ari, Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat, Ahad (12/5) sore.
Cara beragama dan berbangsa masyarakat Indonesia seperti yang dikedepankan oleh Nahdlatul Ulama (NU) adalah hal yang tepat, karena menyampaikan Islam yang sejuk, Islam yang rahmatan lil alamin.
Ia pun mengingatkan masyarakat agar dapat merenungkan konflik-konflik di negara Timur Tengah, penyebab dan akar persamalahannya. Juga, merenungkan seandainya Indonesia harus meniru seperti Timur Tengah, sangat mungkin kondisinya memburuk, karena konflik dan peperangan berlangsung sepanjang waktu.
Selain itu, Kiai Manan meminta jamaah agar jangan sampai terpisah dari ajaran Aswaja Annahdliyah. Aswaja Annahdliyah, kata Kiai Manan, sudah sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad karena selalu mengedapankan keramahan. Jikapun terjadi perbedaan pendapat, hal itu akan dimusyawarahkan dengan melibatkan semua pihak.
Ajaran Aswaja, lanjut Kiai Manan, berpegang pada Al-Qur'an dan hadits. Jika ada suatu hal yang belum diatur dalam Al-Qur'an atau hadits, jalan penyelesainnya melalui ijtihad para ulama yang berkompeten dan berlaku universal.
"Seperti aturan berlalu lintas, jika lampu merah berhenti. Itu diputuskan oleh para ahli dan disepakati di seluruh dunia," Kiai Manan mengibaratkan. "Demikian juga dengan Aswaja persoalan-persoalannya dimusyawarahkan bersama dan berlaku di seluruh dunia," ujarnya.
Ia mewanti-wanti jangan sampai bangsa Indonesia terpengaruh, mendukung, lebih-lebih mengikuti ajaran yang bertenangan dengan Aswaja. "Golongan yang memisahkan namanya Khawarij. Kita di Indonesia jangan ikut-ikutan Khawarij," tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Kiai Manan juga mengingatkan jamaah agar di bulan Ramadhan ini tetap menjaga kebersamaan, beribadah dengan baik, dan mengedepankan persaudaraan.
Tausiyah Kiai Manan yang dirangkai dengan buka puasa bersama dan santunan anak yatim, diadakan oleh Panita Mudik Berkah Bareng NU 2019 LTM PBNU dalam rangka pengambilan tiket asli mudik PBNU. Sejak sebelum Dzuhur, para peserta mudik berduyun-duyun mendatangi Masjid Raya Hasyim Asy'ari.
Usai melakukan registrasi, mereka mengikuti Seminar Sembilan Langkah Percepatan Rezeki bersama motivator yang juga Ketua LTM PBNU, H Muhammad Mansyur Syaerozy. Peserta tampak antusias mengikuti semua sesi yang diadakan.
Tahun ini merupakan penyelenggaraan mudik gratis kesembilan oleh LTM PBNU. Panitia menyiapkan 60 bus sebagai armada untuk mengangkut 3250 pemudik dengan tujuan Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Lampung. (Kendi Setiawan)