Nasional Seri Ngaji Pasanan

Agar Santri Bisa Jadi Kiai yang Alim, Gus Mus Kisahkan Kelebihan Imam Ghazali

Ahad, 12 Mei 2019 | 20:00 WIB

Agar Santri Bisa Jadi Kiai yang Alim, Gus Mus Kisahkan Kelebihan Imam Ghazali

Gus Mus saat Ngaji Pasanan Kitab Kimya as-Sa'adah karya Imam Al-Ghazali

Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan jika ingin menjadi seorang ulama yang alim, ulama yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni, maka harus belajar secara benar dan mendengarkan nasihat guru dengan sungguh sungguh.
 
Menurutnya, sebelum Imam Al-Ghazali menjadi ulama sufi yang memilki derajat tinggi, beliau pun belajar sama seperti santri pada umumnya yang menimba pengetahuan di pondok pesantren.
 
Imam Ghazali belajar ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu adab, ilmu tafsir, ilmu hadits, dan seluruh ilmu pengetahuan lain yang dipelajari santri pada umumnya. Bahkan, kata Gus Mus, Imam Ghazali telah membaca kitab-kitab tersebut secara berulang-ulang.
 
"Kalau mau jadi ulama ya seperti sekarang ini saja, kamu (santri) belajar seperti biasa menggunakan pancaindra, mendengarkan nasihat guru, nasihat kiai yang sungguh sungguh.  Pasti jadi ulama," kata Gus Mus saat Ngaji Pasanan Kitab Kimya as-Sa'adah karya Imam Al-Ghazali di Pondok Raudlatuth Thalibien, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Jumat (10/5) malam kemarin.
 
Sahabat dekat mufassir  Indonesia, M Quraish Shihab tersebut mengungkapkan, untuk menjadi seperti Imam Ghazali memang sangat berat. Sebab, cara hidup sufi menirukan nabi yaitu terus-menerus membersihkan hatinya.  
 
Menurut Gus Mus, diamnya sufi diisi dengan berdzikir kepada Allah dan menghadapkan keseluruhan hidupnya untuk Allah. Seperti Imam Ghazali, yang akhirnya mengarang Kitab Ihya Ulumudin yang ditulisnya secara langsung.
 
"Sampai saat ini dipakai bacaanya oleh sufi-sufi dunia dan para kiai, karena itu berdasarkan ilmu yang indrawi dan ilmu yang kasat, ini tarekat sufiyah," tuturnya.
 
Ulama alim lain adalah Nabi Khidir, nabi yang memilik ilmu laduni tersebut dikabarkan memiliki tingkat keilmuan yang lebih tinggi dibandingkan Nabi Musa as. Kisah itu, lanjut Gus Mus, berdasaran keterangan dalam Surat Al-Kahfi.
 
"Perbedaan kisah di Surat Kahfi antara Nabi Musa dan Nabi Khidir, beda sekali. Nabi Musa ilmunya model tharikul ulama dari Allah.  Diajari informasi-informasi, tapi Nabi Khidir tidak, Nabi Musa tidak bisa mengikuti, itu ilmunya hakikah," tuturnya. (Abdul Rahman Ahdori/Zunus)