Nasional

Air Rob Masih Genangi Pantura, LPBINU: Butuh Upaya Serius

Kam, 8 September 2022 | 20:45 WIB

Jakarta, NU Online
Banjir pesisir (rob) terjadi di sejumlah wilayah pesisir Indonesia. Setelah sebelumnya terjadi di pesisir selatan Jawa Barat di sekitar pantai Sayang Heulang, Santolo, dan Rancabuaya. Banjir juga melanda sejumlah kawasan pantai utara (Pantura) pulau Jawa.


Hal ini terlihat dari jalur utama Demak-Bonang Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak yang dikabarkan putus akibat terdampak abrasi rob. Genangan banjir rob yang mencapai ketinggian 50 cm, menyebabkan hanya kendaraan di atas roda tiga yang berani melintasi jalan tersebut.


Merespons itu, fungsionaris Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) M Ali Yusuf menilai bahwa penanganan dan pencegahan banjir rob membutuhkan sinergi erat dari seluruh pihak, utamanya pemerintah.


“Harus ada upaya yang serius dari semua pihak khususnya pemerintah,” kata Ali Yusuf kepada NU Online, Jumat (8/9/2022).


Ia menjelaskan, penurunan muka tanah merupakan faktor utama penyebab banjir rob. “Penyebabnya sama dengan yang terjadi secara umum di pantai utara Jawa: Penurunan muka tanah,” jelas Ali, sapaan akrabnya.


Ia mengungkapkan bahwa muka tanah di pesisir utara pulau Jawa sendiri terus mengalami penurunan. Bahkan, penurunan itu telah mencapai 10 hingga 20 cm per tahun. Sementara itu, muka laut terus mengalami kenaikan sebesar 6 milimeter hingga 1 sentimeter per tahun.


Penurunan muka tanah itu, lanjut dia, disebabkan oleh meningkatnya ketergantungan penggunaan air tanah oleh masyarakat. “Ini disebabkan oleh eksploitasi air tanah yang terus meningkat,” ujarnya. 


Selain itu, perubahan iklim yang diakibatkan oleh peningkatan suhu global juga menyebabkan memuainya air laut dan ini menyebabkan volume air laut meningkat. “Naiknya muka laut akibat perubahan iklim,” tutur Ali.


“Banjir rob juga bisa disebabkan oleh badai yang terjadi di laut utara Jawa. Tetapi sebenarnya pemicu utamanya dua poin tadi,” tambah Ketua Umum Humanitarian Forum Indonesia (HFI) itu.


Pencegahan rob
Berkaca pada penyebabnya, Ali Yusuf menjelaskan terdapat lima upaya preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah bencana banjir rob terulang.


Pertama, pemerintah melakukan penataan ulang tata ruang, terutama kawasan pesisir. Kedua, memberlakukan pembatasan eksploitasi air tanah. Ketiga, membuat benteng alami berupa hutan mangrove. Keempat, membuat banyak resapan air.


“Selain itu, bisa juga dengan beradaptasi dengan cara meninggikan lantai rumah (rumah panggung), bisa juga dengan membuat bendungan laut,” jabar Ali.


Lebih lanjut, ia mengatakan penanganan banjir rob sebenarnya menyerupai penanganan banjir biasa, salah satunya dengan dipompa. Kendati demikian, terdapat beberapa penyesuaian dalam penanganan karena penyebabnya yang berbeda.


“Kalau banjir rob airnya berasal dari laut yang tumpah ke daratan, sedangkan banjir biasa disebabkan oleh drainase/saluran yang tertutup, kurang berfungsi atau tidak mampu mengalirkan derasnya air. Banjir biasa juga disebabkan karena luapan air sungai ke daratan karena debit air yang tinggi,” pungkasnya.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori