Nasional

Akademisi Nilai Medsos Jadi Platform Alternatif Paling Efektif Suarakan Realitas di Palestina 

Sel, 5 Desember 2023 | 06:00 WIB

Akademisi Nilai Medsos Jadi Platform Alternatif Paling Efektif Suarakan Realitas di Palestina 

Akademisi New York University, Amerika Serikat Ismail Fajrie Alatas. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online 

Antropolog dari New York University, Amerika Serikat, Ismail Fajrie Alatas menilai masifnya dukungan masyarakat internasional di berbagai belahan dunia terhadap Palestina, menunjukkan adanya pergeseran opini publik global.


Bib Aji, demikian ia karib disapa, menekankan bahwa kecaman beberapa negara, termasuk dari pemerintah Republik Indonesia, terhadap tindakan Israel memiliki dampak signifikan dalam membentuk opini publik di tingkat nasional.


Hal ini menjadi poin penting, lantaran selama bertahun-tahun Israel telah berhasil dalam kampanye “public relations” melalui media mainstream di Barat, yang sering kali menjadi corong penyuara kebijakan Israel.


“Ini sebuah kampanye panjang dari Israel sebagai negara untuk terus mengampanyekan sesuai dengan national interest melalui corong-corong media mainstream di Barat. Semuanya menjadi echo dari kebijakan Israel dan ini memang kampanye public relation yang sudah sangat lama,” kata dia kepada NU Online, Ahad (3/12/2023). 


Ia menilai, peran beberapa sosial media seperti Facebook, TikTok, Instagram, dan X telah menjadi alat untuk menyuarakan narasi alternatif. Sosial media, sambung dia, telah menjadi platform yang mengungkapkan realitas sebenarnya, yang jarang diangkat oleh media mainstream Barat. 


“Salah satu yang kita lihat dalam konflik ini adalah beberapa sosial media Facebook, Tiktok, Instagram dan Twitter menjadi alat menyuarakan narasi alternatif, realitas yang ada yang tidak di-pick up oleh media mainstream,” tutur Anggota Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu. 


Menurut dia, pentingnya narasi alternatif yang berkembang di media sosial menjadi alat penyeimbang terhadap narasi yang lebih dominan di media mainstream. Hal itu juga menunjukkan adanya perubahan positif dalam pandangan global terhadap konflik Israel-Palestina. Masyarakat di Barat tidak serta-merta mempercayai narasi Israel, terutama dalam menyamakan kritik terhadap Israel atau Zionisme dengan antisemitisme. 


“Dalam masalah ini tidak serta merta masyarakat mempercayai narasi Israel apalagi yang menyamakan kritik terhadap Israel negara atau Zionisme sebagai ideologi modern dengan antisemitisme, karena ini adalah dua hal yang sangat berbeda, ” pungkas dia.