Nasional PEDULI COVID-19

Alasan RMI PBNU Sarankan Pesantren Perpanjang Belajar dari Rumah

Ahad, 28 Juni 2020 | 08:00 WIB

Alasan RMI PBNU Sarankan Pesantren Perpanjang Belajar dari Rumah

Logo RMI PBNU. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Pengurus Pusat Rabithah Maahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) menganjurkan kepada pesantren untuk memperpanjang masa belajar dari rumah. Setidaknya, saran tersebut diambil karena dua alasan. Pertama, masih adanya peningkatan kasus atau belum terlihat penurunan kasus Covid-19 secara konstan.


“Kondisinya sampai saat ini adalah kita melihat angkanya masih cenderung naik,” ujar Ketua RMI PBNU KH Abdul Ghofar Rozin saat Talkshow Diaspora Nusantara di 164 Channel dengan tema New Normal di Pesantren: Membangun Kolaborasi antara Komunitas Pesantren dan Nahdliyin Eropa, Sabtu (27/6) sore.


Di samping itu, jelasnya, ada arus kuat dari pemerintah untuk melaksanakan normal baru. Namun, hal ini belum didukung dengan adanya penurunan kasus yang berkelanjutan di banyak daerah sebagai salah satu prasyarat penerapan hal tersebut. Pun pemerintah melaksanakan hal tersebut tidak berdasar pertimbangan kesehatan semata, tetapi ada kepentingan ekonomi.


“Jadi kita menganggap bahwa ini cukup berbahaya,” ujar kiai yang menamatkan studi masternya di Australia itu.

 

Baca juga: New Normal di Pesantren, Gus Rozin: Pemerintah Harus Jadi ‘Dirijen’ Kebijakan Strategis


Gus Rozin, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa beberapa pesantren memang sudah kuat secara kemandirian ekonomi dan kulturnya. Namun, dalam konteks kesehatan, ini pertanyaan besar.


Pasalnya, kehidupan di lingkungan pesantren sangatlah komunal mengingat dari bangun sampai tidur lagi para santri selalu bersama-sama. Sementara normal baru mensyaratkan sesuatu yang berbeda sehingga belum bisa dipenuhi oleh mayoritas pesantren kita.


“Kita mengambil langkah aman bahwa rekomendasai paling utama melihat realitas masyarakat pesantren kita, melihat realitas fasilitas pesantren kita, mungkin lebih aman kalau kemudian disarankan untuk memperpanjang belajar dari rumah,” ujar Pengasuh Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati, Jawa Tengah itu.


Keputusan itu, kata dia, juga diambil karena melihat mayoritas pesantren yang belum memiliki kemampuan dalam mitigasi dan komunikasi publik sehingga ada kekhawatiran yang muncul.


“Kita harus sampaikan mayoritas tidak memiliki kemampuan mitigasi yang luar biasa dan kemampuan komunikasi publik yang luar biasa sehingga seseorang yang terkena di pesantren itu menakutkan sehingga kami membuat secara general,” terangnya.


Di samping menyarankan untuk memperpanjang masa belajar di rumah, RMI PBNU juga membuat protokol kesehatan saat santri datang. Pasalnya, ada beberapa pesantren yang tetap memulai pembelajaran secara langsung mengingat Syawal merupakan bulannya para santri mulai belajar.


“Maka, kita juga membuat protokol kalau memang harus balik ke pesantren. Banyak yang menghendaki untuk segera aktif kembali dengan berbagai cara yang bisa dilakukan oleh pesantren,” ujarnya.


Diskusi yang dipandu oleh Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman M Rodlin Billah itu juga menghadirkan Rais Syuriyah PCINU Belgia Bakhtiar Hasan yang ahli dalam bidang bio statistik.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori