Nasional MENYAMBUT HARI GURU NASIONAL 2018

Andi, Guru Madrasah yang Aktivis Sekaligus Pebisnis

Sab, 24 November 2018 | 08:30 WIB

Andi, Guru Madrasah yang Aktivis Sekaligus Pebisnis

Andi bersama murid-muridnya (istimewa)

Kesibukannya dalam mengajar tak menghentikan hobinya untuk berbisnis. Dibantu oleh lima mitranya, Muhammad Majdi saat ini mengelola tiga usahanya, yakni jual beli ponsel, bengkel motor, dan penyewaan peralatan outdoor, seperti buat berkemah.

"Bisnis itu hobi saya, selain itu juga lumayan menambah pemasukan untuk kelangsungan hidup dan dapat memperkejakan orang lain sehingga tidak menganggur," jelasnya kepada NU Online pada Jumat (23/11).

Andi, sapaan akrabnya, juga tidak menghentikan aktivitasnya sebagai seorang aktivis organisasi. Saat ini, ia tercatat sebagai Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Astanajapura dan Wakil Ketua Lembaga Falakiyah bidang pelatihan PCNU Kabupaten Cirebon. Aktivitasnya di organisasi itu ia jadikan sebagai bentuk khidmat dan bermasyarakat selain tentu buahnya memberi manfaat untuk banyak orang.

Ia juga masih membimbing para siswa berlatih baris-berbaris sebagai Pasukan Pengibar Bendera. Hal ini mengingat ia pernah menjadi komandan pleton pada peringatan upacara Hari Kemerdekaan di alun-alun kecamatan.

"Karena organisasi adalah khidmat, cara kita agar tetap bermasyarakat dan bermanfaat bagi mereka," ujarnya.



Aktivitasnya di dua bidang itu tentatif sehingga tidak menggangu pertemuannya dengan para siswa. Ia sebisa mungkin berbagi waktu di antara ketiganya. Andi menyatakan bahwa segala aktivitasnya itu ia jalani dengan suka cita. Hal itu, menurutnya, yang mempermudah kegiatannya.

"Sebenarnya kalau kita jalani semuanya menjadi ringan, pikiran negatif dan gaya kita yang membuat kita semakin berat," katanya.

Saban pagi, Andi berangkat menuju Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Putra Buntet Pesantren dengan roda duanya. Begitulah aktivitasnya saban pagi Senin hingga Kamis.

Ia mengajar mata pelajaran biologi. Hubungannya dengan siswa begitu akrab, seakan tak ada jarak di antara mereka. Tak pelak, ia selalu menemani anak didiknya itu berkreasi, mendampinginya berorganisasi, dan membimbing mereka dalam setiap kompetisi.

Memang, setiap lomba yang ia lakoni bersama anak didiknya beberapa kali tak membawa pulang piala. Tapi, Andi, sapaan akrabnya, selalu mengajak teman belajarnya itu terus berusaha. Ia pun tak berhenti membimbingnya. Ikhtiarnya itu pun memberikan jawaban saat mengikuti lomba membuat kreasi dari barang bekas tingkat Jawa Barat di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon pada bulan lalu. Tim yang dibimbingnya berhasil menjadi terbaik kedua.

Sebagai seorang guru, ia tak berhenti mencari tahu. Tak betah melihat sampah dan terinspirasi dari penemuan seorang Jepang, ia pun mencoba meniru penemuan itu, yakni mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar.

Selama kurun waktu setahun ia bereksperimen. Hasil dari praktiknya itu pun dicoba dimasukkan ke sebuah sepeda motor. Berhasil, motor itu pun bisa dijalankan.

Selain menjadi guru, di usianya yang baru menginjak 28 tahun itu juga ia sudah dipercaya untuk memegang jabatan sebagai wakil kepala madrasah bidang hubungan masyarakat.

Jumat yang mestinya menjadi hari libur mengajar itu tidak berlaku baginya. Sebab, Jumat dan Sabtu itu waktunya memenuhi amanah yang lain dari ayahnya selain mengabdikan diri kepada pesantren dengan menjadi salah satu tenaga pengajarnya, yakni menuntut ilmu setinggi mungkin.

Ya, dua hari itu ia manfaatkan untuk melanjutkan studinya di jenjang doktoral pada jurusan Manajemen Pendidikan di Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Jawa Barat. Andi kuliah lagi setelah baru saja menuntaskan studinya di jenjang magister pada jurusan Pendidikan Biologi, sebagaimana studi sarjananya di IAIN Syekh Nurjati dulu. (Syakir NF/Fathoni)