Nasional

Aplikasi iSantri Ma’had Aly, Layanan Perpustakaan Digital Berbasis Media Sosial

NU Online  ·  Selasa, 29 November 2016 | 03:21 WIB

Aplikasi iSantri Ma’had Aly, Layanan Perpustakaan Digital Berbasis Media Sosial

Menag di Digital Corner Ma'had Aly Situbondo.

Situbondo, NU Online
Aplikasi iSantri telah diluncurkan, Senin (28/11) di Pondok Pesantren Salafiyah Sayafi’iyah Sukorejo Situbondo, Jawa Timur oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. 

Program pemberdayaan santri melalui perpustakaan digital berbasis media sosial ini merupakan terobosan besar bagi Ma’had Aly dan pesantren secara keseluruhan untuk menjawab tantangan keilmuan di zaman global.

Menteri Agama mengapresiasi langkah Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren tersebut. Karena menurutnya, Ma’had Aly di pesantren harus dibangun dan ditunjang dengan fasilitas berbasis teknologi untuk menyebarkan keilmuan yang bersumber dari kitab-kitab karya ulama pesantren kepada masyarakat, terutama santri dan siswa.

“Program digitalisasi ini juga bisa berfungsi untuk menjaga kelestarian karya pesantren dan ulama-ulama klasik untuk menghindari perubahan dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab untuk mengubah substansi,” ujar Lukman usai memberikan sambutan dalam peluncuran tersebut.

Dalam program digitalisasi perpustakaan yang dikuatkan dengan aplikasi di ponsel pintar ini, Kementerian Agama menggandeng Aksaramaya, perusahaan pembuat aplikasi dan ruang digitalisasi pesantren.

CEO Aksaramaya, Sulasmo dalam keterangannya menjelaskan, iSantri dapat diunduh langsung melalui Google Playstore dan Desktop sehingga memudahkan santri, siswa, dan masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.

“Aplikasi iSantri yang berisi buku dan kitab dapat diakses dan dipinjam layaknya ketika kita di perpustakaan,” terang pria yang kerap disapa Lasmo itu.

Tetapi, lanjutnya, layanan ini tidak statis, melainkan bersifat dinamis karena setiap pengguna dapat diketahui sedang membaca buku apa sekaligus bisa sharing antar pembaca terkait dengan substansi kitab maupun buku. 

“Jadi persis seperti ketika kita berinteraksi di media sosial,” terang Lasmo.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Dr Mohsen menuturkan, Ma’had Aly di pesantren yang menjadi sasaran program digitalisasi ini perlu dalam dunia kontemporer saat ini.

Sebab menurutnya, kitab karya ulama dan pemikiran santri sangat dibutuhkan untuk memberikan warna Islam moderat berkarakter ramah di dunia maya. Hal ini berangkat dari hiruk-pikuk dunia maya, terutama media sosial yang selama ini dipenuhi oleh informasi yang belum tentu benar, tetapi dengan gampangnya diviralkan.

Dalam kesempatan ini, Kementerian Agama juga menggandeng Perpustakaan Nasional untuk menggerakkan program digitalisasi. Selama ini, Perpustakaan Nasional sendiri telah banyak mendigitalisasikan kitab-kitab kalsik karya ulama-ulama pesantren.

Dalam kegiatan ini pula, Kementerian Agama mengadakan pertemuan Majelis Masyayikh Ma’had Aly. Majelis yang beranggotakan para kiai sepuh ini berperan dalam merancang standar akademik dan kurikulum di Ma’had Aly.

“Majelis Masyayikh ini juga berperan sebagai expert judgement, tim ahli dalam menentukan segala sesuatu yang menjadi ketentuan Ma’had Aly agar tetap pada jalur tradisi dan keilmuan pesantren,” ujar Kasubdit Pendidikan Diniyah Direktorat PD Pontren Kemenag, Ahmad Zayadi.

Hadir dalam kegiatan yang juga dilakukan peluncuran Kartu Indonesia Pintar bagi santri yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah KHR Azahim Ibrahimy, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah KH Afifuddin Muhajir, Wakil Ketua LBM PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali, Ketua Lakpesdam PBNU H Rumadi, Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, dan KH Ahsin Sakho Muhammad. (Fathoni)