Nasional

Asa Penjual Bendera Jelang HUT Ke-77 RI, Berharap Lebih Ramai dari Tahun Lalu

Kam, 4 Agustus 2022 | 21:30 WIB

Asa Penjual Bendera Jelang HUT Ke-77 RI, Berharap Lebih Ramai dari Tahun Lalu

Ilustrasi penjual bendera merah putih jelang HUT RI. (Foto: blora.go.id)

Jakarta, NU Online

Momen kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada bulan Agustus identik dengan pemasangan bendera negara merah putih oleh masyarakat Indonesia. Tampak bendera merah putih menghiasi rumah, jalanan, juga gedung-gedung institusi.


Pada momen ini pula, banyak sekali ditemukan penjaja bendera merah putih serta pernak-pernik kemerdekaan. Salah satunya Sarmija (44) yang sedang menjajakan dagangannya berkeliling komplek Perumahan Taman Wisma Asri 2, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat.


“Jualan dari tahun 2.000, keliling aja di Bekasi,” kata Sarmija kepada NU Online, Kamis (4/8/2022).


Pria asal Cirebon, Jawa Barat  itu menjajakan bendera dengan harga yang bervariatif, tergantung pada ukuran masing-masing bendera.


“Ada yang Rp 25 ribu, paling besar Rp 35 ribu, umbul-umbul Rp 25 ribu. Kalau tiangnya Rp 25 ribu,” jabar Sarmija.


Ia mengaku penjualan bendera di minggu pertama bulan Agustus ini masih terbilang sepi. Untung yang didapatkan pun tak seberapa, hanya mencukupi kebutuhan makan sehari-hari dan rokok.


“Ramai penjualan biasanya tanggal setelah tanggal 10 Agustus. Biasanya bendera habis semua di tanggal 17 Agustus,” ujarnya.


Tak berbeda dengan Sarmija, Tanto (40) juga mengaku penjualannya masih sepi. Ia khawatir penjualan bendera tahun ini akan bernasib sama dengan penjualan Agustus tahun lalu (2021). Untung dari berjualan bendera selama sebulan di tahun lalu yang berhasil ia kantongi hanya sebesar RP 400 ribu.


“Dulu sebelum ada Covid-19, jualan ramai. Semoga tahun ini ramai lagi,” harap Tanto.


Kemerdekaan dan bendera pudar

Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus bagi Tanto merupakan momen untuk merayakan kebebasan dari penjajahan. Momen yang datang hanya setahun sekali, sambung dia, mestinya disambut dengan meriah dan penuh suka cita.


Terlepas dari pekerjaannya sebagai penjual bendera, Tanto sangat menyayangkan sikap sebagian masyarakat yang masih mengibarkan bendera merah putih berwarna pudar.


“Masa bendera yang dikibarkannya warna pink sama putih,” kelakar Tanto.


Penyambutan hari kemerdekaan bangsa, menurut Tanto, sudah semestinya mendapatkan perhatian setiap warga. Ia menilai, membeli bendera merah baru untuk mendapatkan warna bendera yang cerah merupakan hal terkecil yang bisa dilakukan seseorang untuk lebih memaknai kemerdekaan.


“Kita dijajah sama Belanda 350 tahun, makan nasi juga susah dulu, mah. Sekarang zaman merdeka, ngeluarin uang Rp 50 ribu untuk bendera baru masa nggak, bisa,” katanya.  


Nancepin bendera itu yang betul warnanya, merah sama putih. Yang cerah, yang ada auranya, masih cakep. Kasarnya, jajan satu tahun sekali. Harus dimeriahkan. Tiangnya juga jangan asal tiang. Masa tangkai sapu bekas jadi tiang bendera,” imbuhnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin