Nasional

Belajar Keteguhan Iman dari Masyitoh dalam Pementasan Drama Mahasiswa UIN Jakarta

NU Online  ·  Selasa, 20 Mei 2025 | 23:00 WIB

Belajar Keteguhan Iman dari Masyitoh dalam Pementasan Drama Mahasiswa UIN Jakarta

Pementasan drama Masyitoh oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah di GOR Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (20/5/2025). (Foto: NU Online/Syakir)

Jakarta, NU Online

Perempuan itu dikenal sebagai Masyitoh karena tugasnya sebagai penyisir rambut putri Firaun. Keteguhannya dalam menjaga keimanan sepanjang hayat dikandung badan menjadi teladan.


Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mementaskan drama tersebut di Gelanggang Remaja Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (20/5/2025).


Pementasan drama itu diadaptasi dari naskah berjudul Masyitoh yang ditulis Sastrawan Ajip Rosidi. Naskah ini juga merupakan adaptasi dari kisah sosok Masyitoh.


Tak pelak, dalam penampilan drama itu, desain artistik mencerminkan suasana Mesir kuno. Hal itu tampak dari visualisasi latar dengan Piramida dan bangunan ala Padang Pasir. Tata busana juga dibuat semirip mungkin dengan gambaran masa Firaun. Pun aransemen musik pengiring juga turut menambah suasana itu kian kentara.


Pedih menahan lara cambukan itu ditampilkan pemeran Masyitoh. Jerit kesakitannya terdengar melengking menandai betapa perih. Hukuman itu ia terima karena enggan mengakui Firaun sebagai tuhannya setelah sebelumnya keceplosan menyebut nama Allah saat tak sengaja sisir untuk menyisir ramput putri Firaun itu terjatuh. Tak pelak, sang putri itu melapor kepada ayahnya, bahwa Masyitoh memiliki Tuhan yang bukan Firaun.


Di tengah rasa sakit yang demikian menyiksa, ia teguh menjaga keimanannya. Didesak dengan cambukan yang bertubi-tubi, ia tetap memegang keyakinannya. "Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Pengasih dan Pemurah," ujarnya.


Hal serupa juga dirasakan anggota keluarga lainnya, suaminya dan anaknya. Bahkan, ketika mereka hendak digelandang akan direbus dalam timah panas, anak bayinya berbicara dengan fasih dan berpesan agar tetap dalam keimanan.


Pementasan itu ditutup dengan visualisasi Masyitoh dan keluarganya yang dimasukkan dalam wadah berisi timah panas. Lampu sorot merah di balik kain putih tampak menyala-nyala. Mereka pelan-pelan masuk dalam wadah itu sembari berucap tahlil berulang kali, "Tiada Tuhan selain Allah."


Pilihan Masyitoh

Naskah Masyitoh dipilih untuk dipentaskan karena dinilai memberikan pelajaran penting akan perjuangan seseorang dan tidak menyerah dengan kondisi.


"Kita angkat tentang perjuangan. Orang-orang menganggap pasrah menerima takdir. Tapi kita harus berusaha. Kita harus mengubah nasib kita sendiri," ujar Novia, Sutradara Masyitoh.


Selain Masyitoh, mahasiswa PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga masih akan menampilkan dua pementasan lagi, yakni  Tikungan Iblis karya Emha Ainun Nadjib pada Rabu (21/5/2025) dan Iblis karya Muhammad Diponegoro pada Kamis (22/5/2025).