Nasional

Cerita Putu Wijaya terkait Pendapat Gus Dur tentang Drama

Sab, 11 Januari 2020 | 03:31 WIB

Cerita Putu Wijaya terkait Pendapat Gus Dur tentang Drama

Putu Wijaya dan Gus Dur

Jakarta, NU Online
KH Abdurrahman Wahid bukan saja seorang yang ahli agama, politik, dan dikenal juga sebagai sosok pluralis dan humanis. Presiden keempat Republik Indonesia ini juga merupakan sosok budayawan ulung. Tak pelak, ia pernah didapuk sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada kurun waktu 1982-1985.

Pandangan kebudayawanan Gus Dur juga diungkapkan oleh Budayawan dan Sastrawan ternama Indonesia, yakni Putu Wijaya. Pendiri Teater Mandiri itu menceritakan sebuah gala wicara (talk show) di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat saat perhelatan Federasi Teater Indonesia. Cerita ini ia tuliskan melalui status Facebooknya pada Selasa (7/1).

Pada acara tersebut, kata Putu, ada seorang anak muda bertanya kepada Gus Dur yang saat itu duduk di panggung sebagai narasumber. Ia mempertanyakan perihal orang harus mempelajari drama. Padahal, drama itu merupakan kepura-puraan. 

“Kenapa kita harus belajar drama? Drama itu kan pembelajaran berpura-pura. Apakah generasi muda kita diharapkan akan tumbuh sebagai generasi yang pintar berpura-pura untuk menipu?" tanya anak muda tersebut sebagaimana dituliskan oleh Putu.

Sastrawan asal Bali itu mengisahkan bahwa putra sulung KH Abdul Wahid Hasyim itu menjawab dengan santai. Menurut Gus Dur, kata Putu, drama sama sekali tidak mengajarkan kepura-puraan. Tetapi justru belajar drama mengajak untuk mempelajari perilaku manusia.

"Drama atau sandiwara tidak mengajarkan untuk meniru dan berpura-pura tetapi untuk mengajak bersungguh-sungguh mengamati dan mempelajari karakter orang lain, untuk kemudian mereflleksikannya di panggung guna pembelajaran perilaku manusia dan kehidupan kepada publik," kata Gus Dur, menjawab dengan santai, sebagaimana dicatat oleh Putu Wijaya.

Hal ini bukanlah suatu yang aneh mengingat Gus Dur sudah gemar membaca sedari usia dini. Ia telah melahap buku-buku sastra baik Timur maupun Barat. Terlebih, ia juga pernah tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Sastra di Universitas Baghdad, Irak. Keterlibatannya dalam dunia kebudayaan sudah terlihat sejak tahun 1970-an. Ia pernah tampil ceramah membahas Kebudayaan Arab dan Islam di TIM pada tahun 1975 yang membuat para hadirin terhenyak sebagaimana ditulis dalam situs resmi Dewan Kesenian Jakarta.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi