Nasional

Gus Yusuf: Bukan Sekadar Simbol, Islam adalah Nilai

Sab, 28 Desember 2019 | 08:30 WIB

Gus Yusuf: Bukan Sekadar Simbol, Islam adalah Nilai

Ilustrasi (Screenshoot Gus Yusuf Channel)

Magelang, NU Online
Pengasuh Pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) mengingatkan bahwa Islam itu bukan simbol-simbol semata, tetapi Islam adalah nilai-nilai. Apalah gunanya memunculkan simbol-simbol jika jauh dari nilai-nilai keislaman. Nilai Islam itu adalah saling mengasihi, saling menyayangi sesama manusia dan mampu membuat rukun dan damai semua.
 
"Meski itu sepintas, orang melihat seperti membantu kemaksiatan, tapi justru setelah itu muncul kebaikan. Dari pada yang seakan-akan membela agama namun justru menimbulkan perpecahan," katanya, Jumat (27/12).
 
Ia pun mengisahkan saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyaksikan aktivitas Kiai Chudlori (Pendiri Pesantren Tegalrejo) yang didatangi oleh penduduk kampung. Suatu hari masyarakat kampung di sekitar Tegalrejo mendatangi pesantren. 
 
"Mereka sebelumnya sudah terlibat musyawarah dan belum ada titik temu, untuk membagi bondo (harta) desa yang ingin digunakan untuk apa. Sebagian masyarakat, menginginkan untuk pembangunan renovasi masjid dan sebagian menginginkan untuk membeli alat-alat kebudayaan, yaitu gamelan," Gus Yusuf mengisahkan.
 
Ketika mereka sampai dan diterima Kiai Chudlori, masing-masing kelompok menuturkan keinginannya. Ketika giliran Kiai Chudlori memberikan pendapat, mereka semua berdebar mendengarkan. Kelompok yang ingin harta desa untuk renovasi masjid sangat senang karena mengira Kiai Chudlori, sebagai kiai pesantren, pasti akan memberikan fatwa bahwa harta itu untuk masjid.
 
“Sebaiknya dana itu digunakan untuk membeli gamelan,” kata Kiai Chudlori yang membuat banyak orang kaget, termasuk mereka yang mendukung dana tersebut untuk membeli gamelan.
 
Menurut Kiai Chudlori, jika gamelan sudah ada nanti maka dengan sendirinya dana yang untuk masjid akan ada. “Kalau kita tidak ngemong kepada masyarakat yang senang gamelan, nanti yang shalat di masjid siapa," tambahnya.
 
Rombongan tamu itu akhirnya menerima keputusan Kiai Chudlori, dan Gus Dur melihat tamu-tamu itu, dan argumen-argumen mereka, juga melihat keputusan kiai. Sebuah keputusan yang dapat merekonsiliasikan antara kebutuhan kebudayaan dan masjid, kedua-duanya dapat terakomodasi tanpa terjadi perpecahan. 
 
Kisah inilah yang kemudian juga mengilhami aksi-aksi dan pemikiran kebudayaan Gus Dur sebagai santri Kiai Chudlori, dan rekonsiliasi kebudayaan-Islam.
 
"Dari sini dapat kita ambil pelajaran bahwa Islam itu bukan simbol-simbol semata, tetapi Islam adalah nilai-nilai. Nilai Islam adalah kasih sayang. Nilai Islam adalah kedamaian," pungkasnya melalui Gus Yusuf Channel.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Muchlishon